MOMENTUM, Bandarlampung--Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) diminta menyosialisasikan sistem tanam agroforestri kepada masyarakat.
Agroforestri adalah sistem pengelolaan hutan yang memadukan pemeliharaan tanaman kayu dengan komoditas tanaman pertanian jangka pendek.
Menurut Livelihood Coordinator Program Bestari Sutarno, agroforestri merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya deforestasi atau hilangnya fungsi hutan akibat kegiatan manusia, seperti yang terjadi di kawasan hutan lindung TNBBS.
"Agroforestri ini adalah solusi untuk mengurangi deforestasi. Jadi kita rekomendasikan kepada TNBBS untuk menyosialisasikannya," kata Sutarno kepada harianmomentum.com, Senin (16-12-2019).
Terlebih lagi, saat ini berdasarkan data ada sekitar 42 ribu hektare lahan TNBBS telah menjadi lahan terbuka oleh warga. Sehingga dikhawatirkan deforestasi akan merusak kawasan konservasi, jika terus dibiarkan.
Metode tersebut yakni pola tanam dengan komposisi 60 persen kopi, dan 40 persen tumbuhan berbatang besar. Seperti petai, jengkol dan lainnya.
Sutarno menilai agroforestri memberikan beberapa manfaat. Antara lain: tanaman yang ditanam dengan metode agroforestri bisa sebagai peneduh tanah agar tidak terkena matahari langsung.
"Sehingga menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Jika gulma berkurang maka penggunaan pestisida dapat dibatasi," jelasnya.
Kemudian, bisa menumbuhkembangkan keberagaman hayati. Termasuk hewan yang membantu proses penyerbukan biji kopi, seperti serangga dan kumbang, serta cacing penyubur tanah.
Terakhir, bisa mengurangi erosi karena memberi ruang pertumbuhan bagi tanamaan berbatang besar, dan sebagai langkah mitigasi perubahan iklim.
"Bahkan, agroforestri bisa meningkatkan penghasilan, juga sebagai mitigasi bagi perubahan iklim, sehingga tidak perlu lagi merambah hutan konservasi TNBBS," terangnya. (rft)
Editor: Harian Momentum