MOMENTUM, Bandarlampung--Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Kota Bandarlampung dan jajarannya harus dapat melakukan pengawasan dan
penindakan dengan maksimal.
Tidak hanya politik uang, tapi juga dugaan mobilisasi Aparat
Sipil Negara (ASN) dan kelompok masyarakat atau Rukun Tetangga (RT) di kota
setempat, jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) September 2020.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Presidium Komite
Pemantau Kebijakan dan Anggaran Daerah (KPKAD), Gindha Ansori Wayka melalui
siaran pers yang diterima harianmomentum.com, Senin (24-2-2020).
“Pengawasan bukan hanya fokus pada politik uang semata, tapi
juga adanya dugaan mobilisasi ASN,” kata Ginda.
Lebih lanjut Ginda meminta Bawaslu dan jajarannya, dalam hal
ini Panwaslu Kecamatan se-Bandar Lampung, untuk bekerja secara benar
berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
"Semoga mereka memiliki integritas yang baik dalam
mengawal Pilkada di Bandarlampung," ujarnya.
Menurut Ginda, Bawaslu dan Panwaslu Kecamatan
se-Bandarlampung akan bekerja sangat berat dalam hal pengawasan. Sebab akan
terjadi pertarungan banyak calon.
“Didalamnya bisa saja terjadi upaya menghalalkan segala
cara, baik oleh calon maupun tim pemenangan. Termasuk terjadinya politik uang
dan sejenisnya,” jelasnya.
Tidak kalah pentingnya, sambung dia, harus diawasi secara
ekstra terkait keberadaan ASN dan kelompok masyarakat. Karena salah satu
kandidat punya hubungan sebagai pernikahan (suami istri) dengan penguasa kota
setempat (walikota).
"Di beberapa kesempatan Walikota Bandarlampung
menjelaskan bahwa beliau tidak cuti dalam Pilkada di Kota Bandarlampung saat
ini. Jangan sampai hal ini dimanfaatkan sekelompok orang untuk memenangkan
salah satu calon,” harapnya.
Sehingga, lanjut dia, perlu diantisipasi dan diawasi. Jangan
sampai terjadi hal-hal yang tidak diduga. “Apalagi terjadinya mobilisasi ASN
dan pengurus kelompok masyarakat guna memilih dan memenangkan salah satu
calon," papar Gindha.
Lebih lanjut dia mengatakan, pada dasarnya semua elemen
masyarakat sepakat untuk menolak terjadinya kecurangan-kecurangan dalam
Pilkada.
“Karena upaya-upaya tersebut dapat saja menjadi persoalan
atau mempengaruhi dalam menentukan pemimpin yang berdedikasi dan berintegritas
di tengah masyarakat,” ujarnya.
Karenanya, netralitas itu sangat penting dalam Pilkada. “Sehingga masyarakat bisa mendapatkan pemimpin yang mumpuni. Memiliki karakterisrik sebagai pemimpin yang berintegritas. Sehingga dapat menjadi panutan dan penyelesai persoalan masyarakat, khususnya di Bandarlampung khususnya,” terangnya.(ril)
Editor: Agung Chandra W
Editor: Harian Momentum