MOMENTUM, Bandarlampung--Undang- undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) itu biadab.
Begitu pernyataan Bambang Eka Wijaya (BEW), saat menjadi pemateri dalam diskusi santai di kedai Warta Kopi, kantor PWI Lampung, kemarin.
Pernyataan tegas itu membuatku kaget. Kenapa seorang tokoh pers di Provinsi Lampung sampai berucap demikian?
Rupanya hatinya tergugah. Nuraninya berontak. Dia tidak ingin kemerdekaan pers di negeri ini terancam karena beberapa pasal karet dalam regulasi itu.
Terutama keberadaan pasal 27 ayat 3 yang dinilainya berpotensi membelenggu karya jurnalistik dan hak berpendapat masyarakat ke depan.
Sehingga dia mengusulkan agar PWI Lampung menjadi pelopor untuk mengamandemen undang- undang itu ke DPR RI, melalui PWI Pusat.
Aku terkesima mendengar gagasan itu. Kemudian sadar, betapa sempitnya pola pikirku selama ini.
Entah sudah berapa banyak korban ’’pasal karet’’ sejak regulasi itu disahkan. Tapi tidak pernah terpikir untuk mengutarakan gagasan serupa.
Betapa dahsyatnya pemikiran BEW. Tidak keliru jika kemudian Ketua PWI Lampung memberinya mandat untuk berbagi ilmu; teknik menulis kolom.
Dalam sesi berbagi ilmu ini, BEW menganalogikan menulis kolom layaknya menuang kopi. Teko harus diisi penuh sebelum dituangkan ke dalam gelas.
Artinya, wartawan dituntut untuk memperkaya informasi dalam memori otaknya. Sehingga mudah mencurahkannya dalam bentuk tulisan apapun.
Sebab, menulis sama seperti menuangkan isi pikiran. Kalau memori otak kosong, bagaimana mungkin bisa menulis? Itulah sebabnya, jurnalis dituntut berwawasan luas.
Begitu kira- kira pesan BEW yang mampu saya cerna dari pemaparannya. Pesan penting dari seorang kolumnis ternama yang mencoba menularkan ilmunya kepada kami--para junior.
Semoga ilmu yang disampaikan bermanfaat dan berkah untuk kita semua.
Saya jadi teringat nasehat almarhumah nenek di kampung, 27 tahun silam. Ilmu yang tak diamalkan, layaknya pohon rindang tanpa buah. Artinya, percuma belajar sesuatu jika tidak dilaksanakan.
Makanya langsung saya praktekkan pesan BEW melalui tulisan singkat ini. Hehehe. Itu saja. Tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum