MOMENTUM, Bandarlampung--Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal atau Mirza mengatakan, komoditas singkong beserta produk olahannya menyumbang tujuh hingga delapan persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung yang mencapai Rp480 triliun per tahun.
Hal ini disampaikan Mirza saat menghadiri Pengukuhan Pengurus Perhimpunan Pengusaha Tepung Tapioka Indonesia (PPTTI) Provinsi Lampung periode 2025-2030 di Balai Keratun Komplek Kantor Gubernur Lampung, Senin 19 Mei 2025.
“Singkong sampai tepung tapioka ini menyumbang 7-8% PDRB. Artinya, dari uang yang beredar di Lampung setiap hari, sebagian besar berasal dari industri singkong. Istimewanya, seluruh prosesnya dikelola oleh masyarakat lokal, mulai dari petani, industri, hingga pengusaha,” ujar Mirza.
Lampung merupakan produsen singkong terbesar di Indonesia, dengan produksi mencapai 7,9 juta ton pada 2024 atau setara 51% dari total produksi nasional, berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Lampung.
Melihat potensi besar ini, Gubernur bertekad untuk mengoptimalkan tata niaga produk singkong dan industri tapioka guna memperkuat ekonomi daerah, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga keberlangsungan industri.
“Kita harus segera menata keseimbangan, memperbaiki tata niaga, dan yang terpenting memiliki nilai tawar di tingkat pusat untuk memperjuangkan industri ini,” tegasnya.
Gubernur Mirza juga menyampaikan apresiasi kepada para pengusaha tapioka yang telah menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung rantai pasok pangan nasional.
Ia mengajak PPTTI Lampung bersinergi dengan pemerintah, akademisi, dan petani untuk meningkatkan kualitas produksi, mengembangkan diversifikasi produk turunan singkong, serta menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam pengolahan limbah.
Pada kesempatan yang sama, Ketua PPTTI Provinsi Lampung Welly Sugiono mengatakan, salah satu pokok permasalahan yang dihadapi oleh komoditas singkong di Indonesia adalah ancaman impor. Menurut Welly, selain bersaing dengan produk impor, petani singkong di Provinsi Lampung juga masih dihadapkan lagi dengan sesama provinsi penghasil singkong.
"Kami tidak minta bahwa impor itu distop, tapi diatur," ujar Welly Sugiono.
Selain itu, Welly juga meminta Kementerian untuk pemberlakuan harga yang merata di seluruh Indonesia sehingga terjadi persaingan yang sehat serta menjadikan Lampung sebagai pelabuhan masuk untuk impor tapioka. (**)
Editor: Muhammad Furqon