Harianmomentum--Pancasila memang
benar-benar sudah menjadi dasar ideologis bangsa. Pancasila tidak pernah
menjelaskan adanya perbedaan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Justru
pancasila yang menjembatani kita semua dalam keberagaman yang ada di Indonesia
ini.
Selain itu, nasionalisme sering kali dipermasalahkan oleh sebagian orang.
Nasionalisme tidak hanya sekedar membela pertandingan sepak bola, nasionalisme
itu bagaimana masyarakat Indonesia menyikapi kebanggaan dirinya terhadap
Ideologi Pancasila.
Harus disadari bahwa tanpa Pancasila, tidak ada NKRI. Pancasila merupakan
perjanjian luhur para leluhur ketika mendirikan NKRI. Oleh karena itu,
Pancasila harus dihayati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk menjaga kedaulatan NKRI, perlu adanya dialog untuk mencegah
berkembangnya ideologi selain Pancasila.
Selain itu, semua pihak perlu membangun wawasan kebangsaan dalam rangka
mengamankan, melestarikan dan membudayakan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa.
Saat ini banyak berkembang ideologi yang mengancam Pancasila. Ancaman
ideologi dari luar misalnya individualism dan kapitalisme.
Sementara dari dalam yaitu keberadaan kelompok ekstrem kanan dan ekstrem kiri.
Dalam rangka pengamanan penegakan Pancasila sebagai ideologi bangsa, semua
pihak di Indonesia telah melakukan berbagai hal diantaranya penangkalan
ideologi selain Pancasila.
Sejarah mengatakan bahwa Ideologi Pancasila berkedudukan sebagai alat pemersatu
bangsa. Artinya, ketika Pancasila digunakan sebagai alat, maka masyarakat
sebagai pengguna perlu mengaplikasikan kehidupan berketuhanan YME di Indonesia
dengan menjaga kebhinekaan dalam keberagaman agama. Situasi dan kondisi yang
terjadi di Indonesia itu tergantung dari masyarakatnya sendiri.
Kita jangan mudah goyah hanya karna provokasi yang tidak jelas dari mana
asalnya tersebut. Ingat, bahwa banyak kepentingan asing di negara ini, oleh
karena itu kita jangan pernah terpancing dalam politik adu domba di negeri
sendiri. Justru kita perlu waspada terhadap ancaman yang datang dari luar ke
dalam negeri yakni dengan menjaga Kebhinekaan dan membangun Indonesia.
Pancasila lahir di saat Bung Karno diasingkan di Ende, Provinsi NTT. Oleh
karena itu, menjadi komitmen bersama masyarakat NTT untuk menjaga Pancasila
dari ancaman ideologi lain.
Masyarakat NTT telah menerapkan nilai-nilai Pancasila misalnya dalam hal
toleransi antar umat beragama. Bahkan masyarakat NTT dinilai paling solider.
Namun, kabaikan masyarakat NTT perlu dijaga karena berbahaya jika telah hilang
kesabaran.
Nilai dasar Pancasila telah ada sebelum kemerdekaan. Norma-norma Pancasila
telah ada dalam masyarakat sebelum ditetapkan sebagai dasar Negara pada Agustus
1945. Namun, saat ini nilai-nilai itu dinilai mulai memudar seiring pengaruh
dari ideolgi lain.
Dalam rangka menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat,
perlu lembaga yang mengajarkan nilai dan norma Pancasila. Perkembangan zaman
dan teknologi informasi tidak bisa dihindari, sehingga perlu ada
pencegahan/penangkalan pengaruh ideologi Pancasila melalui teknologi informasi.
Disamping itu menyikapi keberadaan Ormas yang mempunyai azas sendiri juga
menjadi ancaman bagi Pancasila. Oleh karena itu, perlu adanya pembubaran Ormas
yang tidak berazaskan Pancasila. Oleh karena itu, warga Indonesia perlu terus
menjaga dan memperkuat politik entitas yang dimiliki sejak dahulu.
Pemimpin kita terdahulu mengajarkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang
berketuhanan, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Pendekatan yang dilakukan oleh
pemimpin kita dulu adalah pendekatan keamanan (security approached), dimana pemimpin-pemimpin tersebut memiliki
tujuan untuk menjaga keberagaman yang ada di dalam negeri. Tetapi, apabila hal
tersebut hanya dilakukan oleh pemerintahan saja tidaklah cukup, sehingga perlu
ditopang oleh masyarakatnya itu sendiri.
Sebagai contohnya, sejarah juga mengatakan bahwa warga Maluku adalah
masyarakat yang taat akan perbedaan, hal tersebut ditunjukan bahwa sampai saat
ini kita masih hidup berdampingan antara satu dengan yang lainnya. Faktor
kesejahteraan merupakan hal terpenting dalam pembangunan Maluku yang lebih
baik.
Apabila warganya tidak menjaga kebhinekaan dengan baik, sangatlah tidak
mungkin kesejahteraan masyarakat Maluku akan tercukupi. Oleh karenanya, saya
berpesan bahwa dengan keutuhan semangat menuju Indonesia yang maju dibutuhkan
sebuah komitmen tinggi secara bersama-sama bagi organisasi kepemudaan.
Elemen lintas agama harus punya semangat baru dalam menghadapi isu SARA
yakni dengan bersama-sama menjaga Kebhinekaan di wilayah Maluku ini. Kita satu
darah, namun beda agama, tetapi hal tersebut tidak pernah menjadi batas antara
kita semua. Justru dengan semangat perbedaan itu yang membuat kita semua bisa
bersatu. (**)
Editor: Momentum