MOMENTUM, Pringsewu--Wisata keluarga Warung Kopi Klotok di Kaliurang, Sleman Yogyakarta, terkenal karena memiliki hidangan dan suasana khas pedesaan dengan pemandangan persawahan dan Gunung Merapi.
Kini tempat wisata serupa juga ada di Kabupaten Pringsewu dengan nama Samama Waroeng Kopi Ndeso. Tempat ini juga dikenal dengan nama Taman BMJ (Bina Mandiri Jaya).
Tempat wisata itu terletak di Pekon (desa) Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Kebupaten Pringsewu.
Untuk menuju Waroeng Kopi Ndeso, dari arah Bandarlampung, setibanya di pasar Gadingrejo lalu belok kiri sekitar 2 Km. Tak jauh dari lokasi wisata Taman Sabin yang lebih dulu berdiri.
Taman BMJ itu juga mengusung konsep Wisata Keluarga, dengan menyuguhkan sensasi yang berbeda berupa aneka makanan dan minuman kopi ndeso (desa). Pengunjung bisa makan-minum sambil memandang view menawan berupa hamparan persawahan berlatar belakang pegunungan yang ada di Pesawaran dan Gunung Betung.
Pemandangan alam menjadi daya tarik tersendiri. Tidak hanya ngopi dan makan. Tempat wisata itu juga memenhi hasrat mereka yang sudah berswafoto. Nuansa alami itu yang membuat nyaman, sehingga pengunjung betah untuk berlama-lama di taman BMJ.
Lokasi wisata seluas sekitar setengah hektare itu memiliki sejumlah fasilitas berupa saung Pertemuan Jabon, puluhan gazebo, Samama Waroeng Kopi Ndeso dan sarana luas untuk bermain anak-anak. Serta spot-spot menarik lainnya untuk berfoto ria.
Di sebagian lokasi itu berjejer rapi tumbuh seratus lebih jenis pohon Jati Ambon yang berusia belasan tahun setinggi 10 hingga 12 meter. Membuat suasana lebih sejuk berada di bawahnya.
Apalagi jika pengunjung datang malam hari. Kawasan itu dihiasi temaram dan kerlap-kerlip lampu di sela-sela pohon Jati Ambon. Pengunjung bisa bersantai bersama keluarga atau sahabat serta relasi sambil menikmati makanan dan minuman kopi hangat dan cemilan khas ndeso. Kesannya cukup romantis.
Menu yang disajikan di Masama Waroeng Kopi Ndeso, semunya serba ndeso (alami desa). Mulai minuman kopi tubruk hingga cemilan dan makanan berupa nasi atau mie goreng.
Pemilik Taman BMJ, Yen Sriyono didampingi asistennya Sumpeno, mengatakan nama BMJ merupakan singkatan dari Bina Mandiri Jaya. Lokasi wisatan itu baru sepuluh hari ini melakukan dibuka setelah selama setahun dirintis.
"Awalnya memang sepi pengunjung, namun belakangan menjadi ramai, baik siang maupun malam. Apalagi setelah banyak pengunjung yang berswafoto kemudian meng-upload di media sosial," jelas Sriyono pada Ahad (25-10-2020) malam.
Tiket masuk taman BMJ hanya Rp5 ribu. "Itu pun hanya pada siang hari, sedang pada malam hari pengunjung tidak dipungut tiket masuk. Kami juga menyediakan lokasi parkir untuk 30 mobil dan seratus lebih motor," terangnya.
Sumpeno juga Yen Sriyono mengakui, ide awal pembuatan Taman BMJ terinspirasi setelah mengunjungi Kampung Flori dan Kopi Klotok di Sleman, Yogyakarta.
"Alhamdulillah kehadiran Taman BMJ ini juga mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Sebab kami juga memberdayakan warga sekitar untuk turut bekerja di sini," tuturnya.
Namun demikian, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, pihaknya juga memberlakukan protokol kesehatan bagi para pengunjung. Setiap pengunjung wajib mencuci tangan memakai sabun sebelum masuk area, diperiksa suhu tubuh, serta harus memakai masker dan menjaga jarak fisik.
"Intinya kami juga mengikuti anjuran pemerintah, apalagi pada masa Pandemi Covid-19 ini,"imbuh Sumpeno.
Mendengar ada lokasi wisata baru, Wakil Bupati Pringsewu Fauzi didampingi istri, Rita Irviani beserta kerabat, pada Ahad malam (25-10-2020), mengunjungi lokasi Taman BMJ sambil menikmati kopi ndeso khas BMJ dan makanan lainnya.
Fauzi mengapresiasi kreativitas pemilik dan pengelola Taman BMJ yang mengusung konsep wisata keluarga. Menurutnya, berbeda dari beberapa tempat wisata yang ada di Kabupaten Pringsewu.
Dia menyarankan pihak pengelola agar tetap mempertahankan konsep tersebut, termasuk menu di resto yang ada. "Pertahankan konsep nuansa ndeso-nya. Ditambahi sarana edukasi untuk anak-anak," ujarnya.
Menurutnya, sebagai tempat bersantai bersama keluarga sudah cukup representatif, baik siang maupun malam, sambil menikmati minuman maupun menu makanan dapat memandang persawahan dan pegunungan.
Wabup Fauzi juga menyarankan kepada pihak pengelola agar bisa menyediakan menu kusus untuk sarapan pagi khas BMJ. Sebab menu sarapan pagi juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung maupun pecinta kuliner. Khususnya menu yang berasa pedesaan, imbuhnya. (*).
Laporan: Sulistyo.
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum