MOMENTUM, Bandarlampung--Gerhana bulan total (GBT) yang
terjadi pada Rabu malam (26-5-2021), adalah yang pertama di tahun 2021. Fenomena
alam serupa akan berulang pada 19 November 2021, namun gerhana bulannya hanya
sebagian.
Hal itu dikatakan Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan
Institut Teknologi Sumatera (Itera), Hendra Agus Prastyo melalui pesan whatsapp
yang diterima harianmomentum.com, Rabu malam (26-5-2021).
Hendra mengatakan, dalam pengamatan fenomena gerhana bulan total
yang dilakukan oleh Tim Observatorium Astronomi Itera Lampung (Oail), para
peneliti melakukan pengambilan citra bulan dalam berbagai filter (U, B, V, R,
I), dan mengukur perubahan kecerlangan langit selama terjadinya GBT.
“Ini merupakan gerhana bulan total pertama di tahun 2021. Bulan
berada pada jarak terdekatnya dengan bumi, sehingga diameter sudutnya relatif
lebih besar dibandingkan purnama pada umumnya,” kata Hendra
Menurut Hendra, gerhana bulan total tersebut tidak berdampak
signifikan. Dia berharap masyarakat bisa memahami fenomena alam tersebut secara
ilmiah.
“Harapannya mendatang akan banyak penelitian yang dihasilkan
dari fenomena ini,” ucap Hendra.
Sebelumnya dia menjelaskan bahwa dalam pengamatan yang
dilakukan tim Oail, citra bulan yang diambil dari berbagai filter digunakan
untuk menghasilkan kurva cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Sehingga
bisa diketahui filter mana yang optimal digunakan untuk pengamatan gerhana
bulan.
“Sementara untuk data perubahan kecerlangan langit kami
gunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan cahaya bulan selama terjadinya gerhana
total terhadap langit malam yang mempengaruhi kenampakan objek astronomi lain.
Data ini sangat mendukung penelitian di bidang astronomi yang kami lakukan,”
jelas Hendra.
Sementara, pengamat Oail Aditya Abdillah Yusuf menuturkan,
diawal pengamatan gerhana bulan total, para peneliti sempat mengalami kendala,
karena langit sempat tertutup awan.
“Namun saat menjelang puncak gerhana bulan langit mulai
cerah, sehingga tidak menutupi pengamatan,” ucapnya.
Puncak gerhana total berhasil direkam melalui teleskop
berjenis refraktor, yaitu baride optics dengan panjang fokus 900 mm dan
diameter 102 mm (f/8.8) dengan kamera DSLR Canon 5D Mark IV pada pukul 18.19
Wib.
Dari foto yang tertangkap teleskop yang digunakan tersebut,
bulan tampak berwarna kemerahan, dengan sedikit bayangan, pada fase puncak
gerhana bulan total.
Diketahui, pengamatan tersebut dilakukan oleh para peneliti Itera
yang terdiri dari dosen, laboran, serta para mahasiswa yang tergabung dalam
komunitas astronomi Lampung (Kala) di Stasiun Pengamatan Bulan Internasional
ITERA atau Astelco Lunar Sighting Station (ALTS-7) kampus setempat.
Dalam pengamatan gerhana bulan total, Oail Itera menggunakan
empat teleskop, yaitu teleskop utama berjenis Refraktor yaitu baride optics
dengan panjang fokus 900 mm dan diameter 102 mm, f/8.8), teleskop Lunt 80ed
yang digunakan khusus untuk penelitian dosen, serta dua teleskop baride optics
manual yang digunakan para mahasiswa untuk mengamati gerhana bulan.(**)
Laporan/Editor: Agung Chandra Widi
Editor: Harian Momentum