MOMENTUM, Bandarlampung--Gotong royong. Kata
itu tentu tidak asing di telinga, bahkan sudah menyatu dalam adat dan budaya di
tengah masyarakat Indonesia.
Namun, budaya yang menjadi dasar filsafat
Indonesia itu perlahan memudar. Kesadaran gotong royong, atau bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan mulai terkikis oleh zaman. Fenomena itu turut
menimpa dunia pendidikan di negeri seribu pulau.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Nizam, pudarnya kesadaran gotong
royong di dunia pendidikan lantaran adanya tuntutan hak yang tidak berimbang
dengan kewajiban di tengah masyarakat kekinian.
“Keberhasilan Jepang, Korea
Selatan, Taiwan, dan Cina itu karena adanya kerja keras, ada kesadaran bangsa. Kesadaran
akan pentingnya investasi pendidikan sangat tinggi,” kata Prof Nizam.
Hal
itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam diskusi rutin mingguan, dalam Pelatihan Jurnalistik, Program
Fellowship Jurnalisme Pendidikan angkatan kedua, Jumat (25-6-2021).
Kegiatan yang digagas oleh
Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) yang diikuti para jurnalis lintas
provinsi tersebut digelar secara virtual.
Lebih lanjut Prof Nizam menyatakan
bahwa di
Indonesia, mayoritas pola fikir masyarakat maunya gratis. Bahkan menganggap bahwa
pendidikan hanya tanggungjawab pemerintah.
“Kesadaran demokrasi
kita masih dalam menuntut hak, belum memenuhi kewjiban,” ujar Prof Nizam.
Untuk itu, Prof Nizam
berharap peran serta insan pers, dalam menyampaikan informasi terkait
pentingnya investasi di dunia pendidikan.
“Saya ingin media membangun kesadaran publik, bahwa kalau kita mau maju harus punya tekad bersama,” imbaunya.
Baca juga: Prof Nizam: Pemerintah Dukung Pendirian PTS
Berkaca ke negara lain, Prof
Nizam menyebut bahwa Korea Selatan bangkit dari keterpurukan salah satunya
berkat peran media, dalam membentuk pola fikir masyarakat sehingga mau berjuang
bersama dalam memajukan dunia pendidikan (investasi pendidikan) secara
bergotong royong.
“Tidak bisa kita bilang
pendidikan itu urusan pemerintah. Pendidikan kunci utama membangun kehidupan
bangsa yang lebih baik kedepannya. Ini tugas kita bersama,” tegasnya.
Prof Nizam meyakini bahwa
media merupakan ujung tombak untuk membangun mindset di tengah masyarakat.
“Kesadaran masyaraat tradisional
kita akan gotong royong itu sebenarnya tinggi sekali. Tapi dengan kesadaran hak
yang lebih tinggi dari kewajiban, ini yang jadi perosalan. Maka mindset ini
yang harus kita rubah,” serunya.(**)
Laporan/Editor: Agung
Chandra Widi
Editor: Harian Momentum