Ibu Pertiwi

img
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum

MOMENTUM-- Wahai ibu pertiwi. Sudah 76 tahun engkau mandiri. Tidak lagi dikuasai kaum tirani. Kibaran merah putih di setiap pelosok negeri sebagai bukti.

Ibu pertiwi. Jutaan rakyat rela mati agar kau bisa berdiri- sendiri. Mereka tak pernah gentar menghadap Sang Ilahi. Supaya kekayaan alam ini tak lagi dicuri.

Ibu pertiwi. Aku sangat sedih saat ini. Tumpahan darah dan cucuran keringat dari para pejuang seolah tak berarti lagi. Karena banyak pejabat kami sibuk korupsi. Sementara rakyat kelaparan di sana- sini. 

Ibu pertiwi. Tolong bebaskan bangsa ini dari lilitan hutang luar negeri. Kami tidak kuat lagi. Bahkan setiap bayi yang lahir sudah terbebani bunga hutang yang tinggi.

Ibu pertiwi. Kasihanilah kami. Disaat putra- putri kami susah mencari rezeki, sekedar untuk sesuap nasi. Pekerja asing justru bebas masuk ke sini.  

Ibu pertiwi. Rasa keadilan sekarang seakan sudah mati. Disaat si miskin masuk jeruji besi karena pil ekstasi, si kaya hanya masuk panti rehabilitasi. 

Ibu pertiwi. Kesulitan kami kian bertambah di masa pandemi. Di tengah segala keterbasan ekonomi, hanya segelintir politisi yang sudi berbagi.   

Oh, Ibu pertiwi. Di penghujung tulisan ini aku tidak akan mengeluh lagi. Cukup kau amini doa dan harapan kami. 

Bebaskan kami dari siksa dunia yang fana ini. Hilangkan keserakahan, rasa iri dan dengki. Agar kami bisa masuk Surga Khuldi. (**)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos