Kroco Mumet...

img
Adipati Opie, wartawan Harian Momentum

MOMENTUM--Ibarat Tuyul. Tak butuh pujian, tidak lawang (gila) jabatan, tak perlu cari muka, tak perlu sikut kiri sikut kanan, tak perlu menumbalkan kawan sendiri. Kerjanya tak nampak tapi hasilnya jelas!

Berbeda dengan Kroco Mumet. Enggak bisa kerja. kerja sedikit maunya kelihatan. Di mana tempat selalu cari muka. Bahkan, rela menggadaikan harga diri demi mendapat perhatian si bos demi kursi jabatan.

Berbahaya. Jika si Kroco Mumet memegang peranan di profesi apapun. Sebab, dia rela menginjak kepala temannya sendiri demi "asal bapak senang".

Sayangnya, sosok oportunis ini kerap di lirik oleh si bos lantaran dia pintar mengadu domba dan matang sebagai sosok penjilat demi menyenangkan hati atasan.

Bukan hanya di kalangan swasta. Di lingkungan perkantoran bahkan di organisasi perangkat pemerintahan pun, saya yakin si sosok ambisius ini pasti ada.

Jika si Kroco Mumet sudah bergerak. Jangankan teman dekatnya. Sesorang yang pandai di bidangnya pun bakal hanyut dengan hasutannya.

Ya, meskipun hasil kerjanya bobrok. Tapi karakter penjilatnya tetap di tangga puncak mata si bos. Sebab, si Kroco Mumet handal mencari tumbal supaya posisinya tetap aman. Kasihan ya kawan si Kroco Mumet yang jadi tumbal itu!

Pembaca pasti tahu, sosok Kroco Mumet sang penjilat memiliki perilaku yang tidak terlalu cerdas, tapi pandai memanfaatkan keterampilan rekan kerja. Bahkan gilanya lagi, dia sangat aktif membantu urusan pribadi si bos. Ini yang sulit dilakukan orang yang tidak memiliki sifat penjilat.

Menjadi seorang penjilat tidak mengenal batasan usia dan pekerjaan. Cukup dengan modal tidak mampu berinovasi, tidak punya kreatif. Yang penting pintar bermain kata dan tumbalkan kawan sepekerjaan yang mengganjal jalan. Na'uzubillah Min Zhallik!

Tulisan ini sengaja saya ukir untuk menyadarkan para si Bos sebagai pemangku kebijakan.

Bukan bermaksud menggurui, apalagi menyindir individu. Hanya sebatas mengingatkan, karena sebuah kritikan lebih bermakna ketimbang si Kroco Mumet.

Sebab, jika salah menempatkan sesorang dalam sebuah jabatan. Bisa jadi peran si Kroco Mumet menghancurkan harapan masyarakat dalam realisasi program kerja yang sudah di atur dalam masterplanenya.

Marilah kita belajar dari pengalaman. Karena sebaik-baiknya guru, adalah sebuah pengalaman pada masa lalu.

Karena percuma, punya visi misi bagus. Tapi tim pelaksana dan realisasinya tidak berkualitas dan hasilnya mengecewakan masyarakat.

Tabikpun.... (*)

Adipati Opie, wartawan Harian Momentum






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos