MOMENTUM, Pringsewu--Tantangan utama penanganan masalah kekumuhan kota adalah membangun budaya hidup bersih di masyarakat dan memelihara infrastruktur pancakonstruksi.
Demikian Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Pemkab Pringsewu Masykur Hasan membacakan sambutan Bupati Pringsewu Sujadi dalam Lokakarya Program Kotaku Tahun 2021 melalui video conference dari di ruang kerjanya, Senin (13-12-2021).
Dijelaskan, Program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) di Kabupaten Pringsewu sudah berlangsung sejak tujuh silam. Hingga 2021, telah mewujudkan berbagai infrastruktur dibangun dengan baik.
Program ini pertama dilaksanakan di kelurahan dan pekon sesuai SK Bupati tahun 2014 dan pembaharuan SK Kumuh Bupati tahun 2020.
Dilaksanakan mulai 2015 di Pekon Jatiagung, Kecamatan Ambarawa dengan program penataan lingkungan pemukiman berbasis masyarakat (PPLBK).
Lalu dilanjutkan berkolaborasi dengan Business Development Center (BDC) pada 2016. Kegiatan skala lingkungan pada 2017 hingga 2019. Kegiatan skala kawasan, padat karya dan infrastruktur livelihood/PPKM pada tahun 2020/2021.
Berdasarkan hasil sertifikasi kegiatan Dinas PUPR Pringsewu bersama konsultan, kualitas infrastruktur yang dihasilkan sudah memadai.
Namun kesadaran untuk memelihara pascakonstruksi harus dimaksimalkan. "Inilah tantangan utama sebenarnya dalam penanganan masalah kekumuhan, yaitu membangun budaya hidup bersih oleh masyarakat di lingkungan masing-masing," ujar Masykur.
Menurutnya, alokasi investasi infrastruktur dan pendukungnya melalui program kotaku cukup besar setiap tahunnya, rata-rata Rp1 miliar setiap kelurahan.
Sangat disayangkan jika hasilnya tidak maksimal dan lifetime atau masa pakai infrastrukturnya kurang dari lima tahun. "Oleh karenanya, supaya lifetime, aset kotaku bisa lebih dari lima tahun, masyarakat harus merawat dan memeliharanya," pintanya.
Pada sisi lain, Masykur memaparkan, di Kabupaten Pringsewu awalnya terdapat lorong-lorong lingkungan yang kumuh, kini menjadi lingkungan yang hijau dan asri. "Untuk itu saya mengajak semua pihak terkait untuk terus berkolaborasi menangani program Kotaku," ajaknya.
Sehingga berkat kinerja yang baik, program Kotaku Pringsewu pada 2019 menyabet penghargaan peringkat ketiga kategori kota/kabupaten terbaik wilayah 1 di Regional Sumatera.
Dia mengucapkan terima kasih kepada pihak BPPW Lampung, KMWLampung, kelompok kerja perumahan dan kawasan permukiman (Pokja PKP) Pringsewu, Tim Korkit kotaku, LKM dan masyarakat atas kinerjanya sehingga Kabupaten Pringsewu mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat.
Terkait dengan program skala kawasan, bangun tiga unit tempat pengolahan sampah Reduce , Reuse dan risiko atau (TPS3R) pada 2020 di Pringsewu Barat, Pringsewu Selatan dan Pantura. Serta pembangunan dua unit tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Podomoro dan Sidoharjo,
Untuk menyelesaikan skala kawasan tersebut pihaknya telah membentuk 'support system' mulai dari kelembagaan pengelolaan TPS3R regulasi dan biaya operasional.
Infrastruktur pengelolaan sampah di Kabupaten Pringsewu masih perlu ditingkatkan, infrastruktur yang ada seperti tempat pembuangan akhir (TPA) kontainer sampah, armada truk sampah dan lainnya belum mencukupi dalam melayani seluruh wilayah kabupaten Pringsewu yang luas.
Setelah terbangun tiga unit TPS3R, persoalan persampahan di wilayah perkotaan Pringsewu perlahan dapat diurai. Sampah-sampah tidak lagi terlihat berserakan sembarangan di lingkungan pemukiman.
"Tidak hanya itu, dengan terbangunnya TPS3R masyarakat mendapatkan manfaat secara ekonomi dari sampah," imbuh Masykur. (*)
Laporan: Sulistyo
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum