90 Persen Kawasan Pantai Pesibar Dikuasai Warga Asing

img
Kawasan pantai di Pesisir Barat. Foto Agung Chandra Widi

Harianmomentum.com--Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar) menyimpan berjuta keindahan objek wisata. Terutama wisata laut dan pantainya serta hutan wisata yang lengkap dengan berbagai biota satwa liarnya.

 

Nama kabupaten ini sudah melanglang buana sampai ke penjuru dunia. Suatu hal wajar, lantaran di Pesibar ada sesuatu yang menarik untuk dikunjungi yang tidak disemua tempat ada keindahan tersebut.

 

Pesibar memiliki banyak wisata laut yang sayang untuk dilewati. Mulai dari keindahan sansetnya, hamparan pasir putih yang dikelilingi oleh ombak yang bergemuruh.

 

Wajar, bila panorama tersebut menarik minat para turis untuk berdatangan. Baik turis lokal maupun turis asing tentunya.

 

Umumnya, turis tersebut datang untuk menikmati keindahan alam serta dahsyatnya gulugan ombak laut lepas yang terhampar hampir disemua pantai Pesibar. Gulungan ombak yang jarang ada di wilayah lainnya.

 

Di Pesibar, para turis asing (mancanegara) biasanya datang untuk bermain selancar (surfing). 

 

Sayangnya, saat kami menginjakkan kaki ke Pesibar, kami tidak berjumpa dengan para turis Asing tersebut. Lantaran, biasanya mereka baru berdatangan mulai bulan April hingga Oktober. 

 

Menurut warga setempat, pada bulan tersebut cuaca sedang sangat cerah.

 

Potensi kekayaan alam nan indah di Pesibar seharusnya mampu membuat ekonomi masyarakat sekitar meningkat dengan banyaknya turis yang berdatangan.

 

Tetapi sayang, peningkatan ekonomi masyarakat akan indahnya potensi alam masih belum merata.

 

Peningkatan ekonomi hanya dirasakan oleh segelintir warga. 

 

Berdasarkan investigasi yang dilakukan kru Harianmomentum.com selama beberapa hari di lokasi seputaran pantai, tak sedikit warga mengeluh lantaran banyak turis asing yang datang namun tidak ada keuntungan yang dirasakannya.

 

Salah satu warga yang mengeluh yakni Muhammad Ali (55). Dia mengaku tidak pernah mendapat keuntungan dari banyaknya turis yang datang kekampung halamannya tersebut.

 

"Saya tidak pernah merasa beruntung dengan banyaknya turis yang kesini. Malahan, saya merasa rugi," ucapnya sambil menatap laut, Minggu (24/12).

 

Menurutnya, memang pemerintah sudah berusaha membantu masyarakat setempat, namun belum secara menyeluruh.

 

"Ada program pemerintah seperti bedah rumah, bagi-bagi sembako. Tapi kalau saya pribadi tidak pernah dapat. Cuma dengar cerita dari orang saja," imbuhnya.

Warga Pesisir Tengah, Pekon Serai ini menuturkan bahwa salah satu ketidaksukaannya dengan para turis yang datang lantaran para turis asing biasanya berpakaian seksi. Hal itu sangat bertolak belakang dengan adat budaya masyarakat setempat.

 

"Lungkungan agak tercemar dengan adanya turis asing. Mereka itukan kalau kesini pakaiannya seksi benar. Saya prihatin dengan anak-anak kami," ungkapnya.

 

Selain itu, hingga kini ia hanya menjadi penonton tanpa merasakan keberkahan akan kedatangan para turis tersebut.

 

"Yang diuntungkan pemilik hotel dengan adanya turis. Kemudian yang antar jemput para turis itu. Sedangkan kami ini bahasa Inggris saja tidak mengerti. Pelatihan juga tidak ada," jelasnya.

 

Kemudian, Ali yang berprofesi sebagai petani ini mengungkapkan bahwa rata-rata kepemilikan tanah yang ada di bantaran pantai milik para turis asing. Biasanya mereka membeli tanah dengan mengatasnamakan warga setempat yang masih kerabatnya atau warga Indonesia lain.

 

"Setahu saya sudah milik asing semua. Tidak banyak warga yang punya penginapan pinggir pantai. Mereka (warga setempat) hanya pengelola," ungkapnya

 

Warga lain, Adel (46) juga mengungkapkan demikian. Menurut warga Pesisir Tengah, Pekon Pahmungan ini, memang benar bahwa kepemilikan lahan di pinggiran pantai Pesibar umumnya milik asing.

"Hampir 90 persennya punya turis asing," ujar warga pribumi Lampung Pesisir ini, Minggu (24/12).

 

Dia juga menjelaskan, biasanya para turis asing tersebut mengatasnamakan warga Indonesia yang dipercayainya tatkala akan membeli tanah di areal pantai Pesibar.

 

"Kadangkan mereka kawin kontrak dengan warga Indonesia. Jadi belinya atas nama warga kita," terangnya.

 

Sedangkan, Rosda (40) mengaku hendak menjual lahan yang terletak pinggir pantai miliknya kepada turis asing.

 

"Jualnya sama turis biar mahal. Kebanyakan turis asing yang berani mahal," jelasnya.

 

Ibu rumah tangga ini juga mengungkapkan bahwa umumnya para turis asing tersebut segera membangunkan penginapan usai membeli tanah di areal pinggir pantai Pesibar.

 

"Banyakan turis yang beli tanah disini. Banyak turis asing yang beli ke masyarakat tidak masalah sih. Apalagi didaerah Pesisir Selatan, banyak yang sudah milik turis," jelasnya. (avw)






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos