Harianmomentum.com--Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar)
menyimpan berjuta keindahan objek wisata. Terutama wisata laut dan pantainya
serta hutan wisata yang lengkap dengan berbagai biota satwa liarnya.
Nama kabupaten ini sudah melanglang buana sampai ke penjuru dunia. Suatu hal wajar, lantaran di Pesibar ada sesuatu yang menarik untuk dikunjungi yang tidak disemua tempat ada keindahan tersebut.
Pesibar memiliki banyak wisata laut yang sayang untuk
dilewati. Mulai dari keindahan sansetnya, hamparan pasir putih yang dikelilingi
oleh ombak yang bergemuruh.
Wajar, bila panorama tersebut menarik minat para turis untuk
berdatangan. Baik turis lokal maupun turis asing tentunya.
Umumnya, turis tersebut datang untuk menikmati keindahan alam
serta dahsyatnya gulugan ombak laut lepas yang terhampar hampir disemua pantai
Pesibar. Gulungan ombak yang jarang ada di wilayah lainnya.
Di Pesibar, para turis asing (mancanegara) biasanya datang
untuk bermain selancar (surfing).
Sayangnya, saat kami menginjakkan kaki ke Pesibar, kami tidak
berjumpa dengan para turis Asing tersebut. Lantaran, biasanya mereka baru
berdatangan mulai bulan April hingga Oktober.
Menurut warga setempat, pada bulan tersebut cuaca sedang
sangat cerah.
Potensi kekayaan alam nan indah di Pesibar seharusnya mampu
membuat ekonomi masyarakat sekitar meningkat dengan banyaknya turis yang
berdatangan.
Tetapi sayang, peningkatan ekonomi masyarakat akan indahnya
potensi alam masih belum merata.
Peningkatan ekonomi hanya dirasakan oleh segelintir
warga.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan kru Harianmomentum.com selama beberapa hari
di lokasi seputaran pantai, tak sedikit warga mengeluh lantaran banyak turis
asing yang datang namun tidak ada keuntungan yang dirasakannya.
Salah satu warga yang mengeluh yakni Muhammad Ali (55). Dia
mengaku tidak pernah mendapat keuntungan dari banyaknya turis yang datang
kekampung halamannya tersebut.
"Saya tidak pernah merasa beruntung dengan banyaknya
turis yang kesini. Malahan, saya merasa rugi," ucapnya sambil menatap
laut, Minggu (24/12).
Menurutnya, memang pemerintah sudah berusaha membantu
masyarakat setempat, namun belum secara menyeluruh.
"Ada program pemerintah seperti bedah rumah, bagi-bagi
sembako. Tapi kalau saya pribadi tidak pernah dapat. Cuma dengar cerita dari
orang saja," imbuhnya.
Warga Pesisir Tengah, Pekon Serai ini menuturkan bahwa salah
satu ketidaksukaannya dengan para turis yang datang lantaran para turis asing
biasanya berpakaian seksi. Hal itu sangat bertolak belakang dengan adat budaya
masyarakat setempat.
"Lungkungan agak tercemar dengan adanya turis asing.
Mereka itukan kalau kesini pakaiannya seksi benar. Saya prihatin dengan
anak-anak kami," ungkapnya.
Selain itu, hingga kini ia hanya menjadi penonton tanpa
merasakan keberkahan akan kedatangan para turis tersebut.
"Yang diuntungkan pemilik hotel dengan adanya turis.
Kemudian yang antar jemput para turis itu. Sedangkan kami ini bahasa Inggris
saja tidak mengerti. Pelatihan juga tidak ada," jelasnya.
Kemudian, Ali yang berprofesi sebagai petani ini mengungkapkan
bahwa rata-rata kepemilikan tanah yang ada di bantaran pantai milik para turis
asing. Biasanya mereka membeli tanah dengan mengatasnamakan warga setempat yang
masih kerabatnya atau warga Indonesia lain.
"Setahu saya sudah milik asing semua. Tidak banyak warga
yang punya penginapan pinggir pantai. Mereka (warga setempat) hanya
pengelola," ungkapnya
Warga lain, Adel (46) juga mengungkapkan demikian. Menurut
warga Pesisir Tengah, Pekon Pahmungan ini, memang benar bahwa kepemilikan lahan
di pinggiran pantai Pesibar umumnya milik asing.
"Hampir 90 persennya punya turis asing," ujar warga
pribumi Lampung Pesisir ini, Minggu (24/12).
Dia juga menjelaskan, biasanya para turis asing tersebut
mengatasnamakan warga Indonesia yang dipercayainya tatkala akan membeli tanah
di areal pantai Pesibar.
"Kadangkan mereka kawin kontrak dengan warga Indonesia.
Jadi belinya atas nama warga kita," terangnya.
Sedangkan, Rosda (40) mengaku hendak menjual lahan yang
terletak pinggir pantai miliknya kepada turis asing.
"Jualnya sama turis biar mahal. Kebanyakan turis asing
yang berani mahal," jelasnya.
Ibu rumah tangga ini juga mengungkapkan bahwa umumnya para
turis asing tersebut segera membangunkan penginapan usai membeli tanah di areal
pinggir pantai Pesibar.
"Banyakan turis yang beli tanah disini. Banyak turis asing yang beli ke masyarakat tidak masalah sih. Apalagi didaerah Pesisir Selatan, banyak yang sudah milik turis," jelasnya. (avw)
Editor: Harian Momentum