MOMENTUM, Tanggamus--Kabupaten Tanggamus dikenal sebagai salah satu daerah di Provinsi Lampung yang kaya akan potensi sumber daya. Mulai dari sektor pertambangan, energi, pertanian, perkebunan, hingga perikanan dan kelautan, seluruhnya tersedia dengan lengkap di daerah yang dijuluki “Bumi Begawi Jejama” ini.
Potensi besar tersebut menggugah ide seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Tanggamus, Budi Utomo, S.STP, M.H., yang berinisiatif melahirkan sebuah program unggulan bernama Projek Farming Integration. Konsep ini memadukan berbagai sektor unggulan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan ke dalam sebuah sistem usaha terintegrasi yang bisa menjadi pilot project di tingkat provinsi, bahkan nasional.
Saat ini, Budi tengah menggarap projek percontohan perikanan air tawar dengan sistem bioflok di Pekon/Desa Way Jaha Rantau Tijang, Kecamatan Pugung. Ia menjelaskan, program ini diinisiasi agar masyarakat dapat melihat langsung praktik budidaya perikanan skala rumah tangga yang sederhana namun menjanjikan.
“Tujuannya sederhana, saya ingin masyarakat menyadari bahwa penghasilan tambahan tidak harus menunggu punya kolam besar. Dengan lahan pekarangan rumah pun bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar. Jadi pekarangan bukan sekadar lahan kosong, tapi bisa menjadi sumber ekonomi keluarga,” ungkap Budi.
Menurutnya, projek percontohan ini diharapkan menjadi pemantik semangat masyarakat untuk berani mencoba usaha mandiri yang nyata, bukan sekadar teori.
Konsep Farming Integration yang digagas Budi sejalan dengan program pemerintah pusat terkait ketahanan pangan nasional. Pemerintah telah menyalurkan berbagai skema, seperti pembentukan Koperasi Merah Putih dan pengalokasian Dana Desa untuk ketahanan pangan.
Namun, Budi menegaskan, peran pemerintah daerah sangat penting untuk menyinergikan program tersebut.
“Dana desa jangan hanya habis untuk seremonial. Desa harus punya produk unggulan, harus lahir projek usaha yang menopang ketahanan pangan. Kalau desa kuat, maka pangan daerah pun otomatis kuat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Budi menekankan bahwa masyarakat kini semakin cerdas dan realistis. Edukasi yang hanya berbentuk teori sering kali tidak lagi efektif.
“Masyarakat butuh bukti, bukan janji atau omong kosong. Karena itu saya memulainya dengan contoh nyata. Kalau berhasil, masyarakat pasti akan ikut,” katanya sembari tersenyum.
Melalui Projek Farming Integration, Budi berharap Tanggamus mampu menjadi daerah percontohan di Lampung dalam mengintegrasikan potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru. Dengan model percontohan perikanan bioflok, ia optimistis bahwa masyarakat dapat berdaya secara ekonomi, sekaligus mendukung misi besar pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Kalau ini bisa jalan, saya yakin Tanggamus tidak hanya menjadi daerah kaya potensi, tapi juga menjadi pusat inovasi pembangunan desa yang terintegrasi,” pungkas Budi.(**)
Editor: Agus Setyawan