Harianmomentum--Pagi hari 12 April 2017 usai
menunaikan shalat subuh, mendadak wajah Novel Baswedan, penyidik senior KPK
disiram air keras oleh jahanam tak dikenal.
Kedua mata Novel mengalami cedera, sementara sang
penyiram air keras melarikan diri. Ketika saya bersama Aylawati Sarwono
menjenguk Novel Baswedan di rumah sakit Jakarta Eye Centre, sambil berbaring
Novel bersyukur alhamdullilah bahwa langsung setelah tersiram air keras, segera
Novel lari kembali ke masjid Jami Al Ihsam untuk membasuh wajah dan kedua
matanya dengan air wudhu, dikutip RMOL.CO.
Menurut para dokter, apabila tidak secepatnya
membasuh mata maka diyakini bahwa kedua mata Novel dapat dipastikan akan buta.
Kini satu mata Novel sudah tidak bisa melihat dan tim dokter sedang gigih
berusaha menyelamatkan satu mata yang masih bisa melihat meski kabur.
Ini bukan pertama kali Novel menjadi korban
tindakan kemanusiaan tidak adil dan tidak beradab. Sebelumnya ia pernah ditabrak
mobil ketika naik motor, dan dikriminalisasi saat menyelidiki kasus simulator
SIM.
Menurut keluarga dan kerabat Novel,
serangan-serangan merupakan kelanjutan upaya menekan Novel agar menghentikan
langkah-langkahnya membongkar kasus-kasus korupsi besar. Sebenarnya secara
pribadi saya belum berjumpa Novel Naswedan. Maka ketika saya menjenguk Novel
Baswedan di RS Jakarta Eye Centre merupakan perjumpaan kita berdua yang pertama
kali. Namun sejak lama saya sudah mengagumi Novel Baswedan terus menerus maju
tak gentar melawan korupsi dengan keberanian yang luar biasa. Berkali-kali
diintimidasi, dikriminalisasi, diserang, namun ia tetap konsekuen dan konsisten
profesional pantang mundur dalam perjuangan membasmi korupsi.
Musibah yang menimpa Novel Baswedan pada pagi
hari 12 April 2017 sangat memprihatinkan lubuk sanubari saya. Saya gagal paham
tentang bagaimana masih ada manusia Indonesia tega hati melakukan angkara murka
kekerasan bengis keji terhadap sesama manusia Indonesia setelah 72 tahun negara
dan bangsa Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya dari angkara murka kekerasan
bengis keji kaum pejajah.
Dengan jerih payah pengorbanan keringat, air
mata, darah bahkan nyawa, akhirnya para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia
berhasil mengusir kaum penjajah dari persada Nusantara. Alangkah kecewa dan
sedih para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia apabila menyaksikan betapa di
masa kini ada warga bangsa Indonesia melakukan angkara murka membenci,
memfitnah bahkan mencelakakan sesama warga bangsa Indonesia sendiri.
Tampaknya masih ada warga Indonesia mewarisi
sukma laknatullah kaum penjajah maka bersemangat melanjutkan durjana kebengisan
dan kekejian terhadap sesama warga bangsa sendiri. Bangsa Indonesia sedang
menderita krisis kemanusiaan! Mazhab kemanusiaan adil dan beradab keliru
ditafsirkan kemudian pada kenyataan keliru diejawantahkan menjadi kemanusiaan
biadab.
Para penyiram air keras ke wajah Novel Baswedan
sepastinya sadar bahwa diri mereka sendiri mustahil berkenan apalagi ikhlas
apabila wajah mereka disiram dengan air keras. Sebagai insan yang tidak
memiliki kekuasaan apa pun, saya hanya mampu berdoa memohon kepada Yang Maha
Kasih berkenan memulihkan kesehatan Novel Baswedan serta menyadarkan segenap
warga bangsa Indonesia untuk menghentikan kemelut angkara murka saling curiga,
saling benci, saling fitnah dan saling melakukan biadab kekerasan di Tanah Air
Angkasa yang kita cintai bersama ini. AMIN. (Red)
Editor: Harian Momentum