Harianmomentum.com--Mendekati lebaran Idul Fitri 1440 H/2019, harga sapi jantan jenis lokal atau biasa disebut sapi PO di Kabupaten Pringsewu merambat naik berkisar 10 hingga 15 persen..
Pada Ramadan, harga sapi PO jantan siap potong harganya sekitar Rp15 juga hingga Rp17,5 juta per ekor dengan bobot daging 100 Kg hingga 135 Kg. Saat ini harganya naik menjadi Rp17 juta hingga Rp20 juta.
"Bahkan untuk sapi jenis PO yang super harganya bisa mencapai Rp27 juta hingga Rp30 juta, dengan bobot daging 180 hingga 220 Kg," kata Ngatmin, pedagang sapi di Kecamatan Sukoharjo, Pringsewu, Senin (27-5-2019). "Itu harga di kandang, belum ditambah ongkos kirim," terangnya.
Dia menjelaskan, harga sapi ditentukan bobot daging yang dihasilkan dan jenis sapinya serta jantan atau betina. "Kalau yang jantan biasanya lebih mahal dibanding betina. Tetapi permintaan pembeli lebih banyak memilih yang jantan," jelasnya.
Ngatmin, lelaki berusia 47 tahun itu menuturkan, kenaikan harga sapi bukan hanya jenis lokal (PO) saja, melainkan jenis sapi Limosen dan Metal juga mengalami kenaikan. Sebelumnya Rp20 juta kini bisa mencapai Rp23 hingga 25 juta dengan berat daging 170 hingga 190 kg.
Dia mengatakan, kenaikan harga sapi itu hanya musiman. Terutama menjelang Idul Fitri sebab permitaan sapi potong untuk diambil dagingnya meningkat, maka otomatis harganya naik. "Tetapi setelah lebaran harga sapi akan kembali normal. Kemudian akan naik lagi menjelang Hari Raya Idul Adha (Qurban),"terangnya.
Ngatmin yang sudah belasan tahun berprofesi sebagai penjual/beli sapi. Dia mengaku mengambil keuntungan dari berdagang sapi potong ini tidak terlalu besar, berkisar Rp1 juta hingga 1,5 juta perekor.
"Tapi itu masih keuntungan kotor, sebab belum dipotong pembelian pakan sapi, perawatan dan lainnya. Jadi keuntungan bersih rata-rata Rp500 ribu hingga Rp1juta," jelasnya.
Dia mengakui, mulai menjelang puasa ramadan hingga mendekati lebaran bisa menjual 20 hingga 30 ekor sapi lokal.
Namun biasanya pembeli sudah pesan mulai awal puasa dan akan diambil H-2 atau H-1 lebaran. 'Kebanyakan mereka yang pesan itu para kelompok arisan atau perkumpulan lain untuk dipotong sendiri,“ imbuh Ngatmin. (lis).
Editor: Harian Momentum