Oleh: Vino Anggi Wijaya
MOMENTUM-- Kehadiran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di negeri ini telah membuat kacau. Tidak hanya merusak tatanan perekonomian, tapi norma sosial dan agama juga ikut hancur karenanya.
Bayangkan, saat ada pasien terinfeksi corona meninggal justru banyak warga menolak tempat pemakaman umum (TPU) di sekitar rumahnya, dijadikan lokasi penguburan.
Hal itu berkaca pada kasus meninggalnya pasien dengan kode 02 di Bandarlampung beberapa waktu lalu. Saya tidak bisa membayangkan betapa sedih perasaan keluarga yang ditinggalkan almarhum saat itu.
Jenazah suaminya, jenazah ayah dari anak-anaknya harus dibawa kesana- kemari karena ditolak warga.
Ya Allah, bagaimana jika itu ayah kita? paman kita? Mertua kita? Saudara kita. Masihkah kita akan bersikap sama? Saya rasa pasti tidak. Tentu akan memohon agar keluarga kita itu diizinkan untuk segera dimakamkan.
Ironi memang, tapi itulah faktanya. Masyarakat sangat anti dengan jenazah orang yang terinfeksi corona. Mungkin mereka takut tertular. Wajar sih, jika punya pemikiran seperti itu.
Mungkin selama ini mereka kurang mendapat pemahaman, kurang memperoleh sosialisasi dari pemerintah terkait penanganan jenazah pasien corona.
Ya sudah lah. Nasi sudah menjadi bubur. Sudah terlambat untuk disesali. Setidaknya, tragedi pilu pemakaman jenazah corona di Bandarlampung terobati dengan prosesi serupa di Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.
Di daerah pelosok yang jauh dari ibu kota provinsi Lampung itu, justru perlakuan masyarakat berbanding terbalik dengan di kota.
Disana, masyarakat justru berempati dengan bergotong- royong menggali kubur sebelum jenazah tiba di lokasi. Solidaritas tinggi yang mereka tunjukkan tentu mengundang decak kagum dari banyak pihak.
Di dunia maya, toleransi masyarakat setempat sontak menjadi perbincangan hangat. Mereka dielu- elukan oleh netizen karena perlakuan mereka sangat terpuji. Alhamdulillah.
Semoga dua peristiwa sama tapi dengan perlakuan berbeda di Lampung itu bisa membuka mata hati kita semua. Betapa Corona--si virus biadab itu telah merusak moral bangsa. Merusak norma agama, menghancurkan adab kita yang selama ini terkenal santun.
Semoga badai corona cepat berlalu. Itu saja, tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum