MOMENTUM, Bandarlampung-- Hasil survei yang merilis peningkatan elektabilitas partai politik (parpol), tidak dapat dijadikan sebuah cerminan pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang.
Hal itu disampaikan pengamat politik asal Universitas Lampung (Unila) Budiyono, kepada harianmomentum.com, kemarin. Hal itu terkait hasil survei yang dirilis Lembaga Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA), belum lama ini.
Berdasarkan hasil survei itu, elektabilitas tiga parpol mengalami peningkatan secara nasional. Urutan pertama yakni, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), diikuti Partai Demokrat pada posisi ke dua. Sedangkan urutan tiga diisi oleh Partai Golongan Karya (Golkar).
Menurut Budiyono, jika membicarakan hasil survei parpol pada hari ini, tentu hanya untuk saat itu juga. Sebab, tidak dapat dijadikan prediksi bagi pelaksanaan pemilu 2024 mendatang.
"Karena, sistem pemilihan kita bukan untuk partai. Tapi yang dipilih, merupakan orang atau sosok. Meskipun sosok yang dipilih itu diusung oleh parpol," kata Budiyono kepada harianmomentum.com, Selasa (7-9-2021).
Dia menerangkan, banyak lembaga survei yang juga merilis peningkatan elektabilitas parpol pada pemilu sebelumnya. Bahkan, hasilnya terdapat partai yang tidak lolos parliamentary threshold atau ambang batas perolehan suara minimal partai dalam pemilu untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di legislatif.
"Tapi, ternyata hasil persentasenya lebih tinggi dari hasil survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga tersebut. Di luar ekspektasi, karena orang bukan memilih parpol. Tapi sosok," terangnya.
Sehingga, hasil survei tersebut, akan menjadi perbedaan yang sangat jauh, antara perolehan saat ini dengan pemilu yang akan datang.
"Sebab sistem pemilihannya beda saat survei, karena yang ditanya adalah parpol. Sedangkan responden memilihnya sosok. Sementara pendekatan yang dilakukan bukan oleh parpol, tapi sosok," jelasnya.
Karena itu, menurut dia hasil hasil survei itu, belum dapat dijadikan cermin pada pelaksanaan pemilu yang akan datang. Lantaran masih sangat jauh.
"Justru sebaliknya, jika survei yang dilakukan terhadap responden merupakan sosok. Bukan gambar parpol, maka saya rasa hasil survei saat ini dengan pemilu yang akan datang, kemungkinan tidak berbeda jauh," sebutnya. (**)
Laporan: Vino Anggi WIjaya
Editor: Andi Panjaitan
Editor: Harian Momentum