MOMENTUM, Bandarlampung--Hari Nelayan Indonesia akan segera diperingati pada 6 April mendatang.
Pemerintah orde baru menetapkan hari nelayan sejak 1960 silam, guna mengapresiasi nelayan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Meski demikian, hingga kini para pelaut yang selalu menantang maut guna memenuhi kebutuhan protein masyarakat itu, masih memiliki berbagai masalah yang dihadapi.
Salah satunya, terkait kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, seperti yang terjadi saat ini.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bandarlampung Kusaeri Suwandi mengatakan, kelangkaan solar yang terjadi saat ini, merupakan masalah utama bagi para nelayan.
"Lantaran, motor penggerak kapal nelayan menggunakan solar," kata Kusaeri kepada harianmomentum.com, Selasa (5-4-2022).
Menurut dia, guna mengatasi hal itu, pemerintah perlu menambah kuota solar di stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN).
"Sebab jika solar langka seperti saat ini, nelayan tidak dapat melaut," keluhnya.
Selain itu, permasalahan lainnya berupa masih adanya para nelayan yang belum memiliki surat administrasi kepemilikan kapal.
"Namun, instansi terkait juga harus lebih mempermudah proses penerbitan dokumen tersebut," pintanya.
Karena itu, dia meminta pemerintah harus lebih memerhatikan nelayan dari berbagai aspek.
Hal senada disampaikan Sopian, salah satu nelayan di perairan Teluk Lampung. Dia menambahkan, kelangkaan solar memicu dirinya tidak melaut hingga dua hari.
"Akibat tidak dapat solar, jadi mau tidak mau tidak melaut lantaran tidak ada bahan bakar," keluh Sopian.
Menurut dia, pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan solar tersebut. Sehingga aktivitas para nelayan kembali lancar.
"Kalau tidak segera diatasi, kami tidak dapat berlayar. Mudah-mudahan pemerintah segera mengatasi persoalan ini," harapnya. (**)