MOMENTUM-- Jika ada pertanyaan: siapa polisi yang paling "sakti" saat ini? Tentu jawabannya Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu.
“Kehebatan” tamtama polri yang satu ini sedang menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Juga menjadi polisi yang paling banyak dicari oleh netizen.
Ketika dimasukkan nama “Bharada E” di kolom mesin pencarian google, langsung keluar sekitar 25.500.000 history pencariannya.
Populeritasnya kian melejit pascaperistiwa berdarah, di rumah dinas Kadiv Propam, 8 Juli 2022.
Lantas, mengapa dia disebut sakti? Tentu banyak sekali fakta dan pembenaran untuk mendukung opini tersebut.
Diantaranya: meski berstatus ajudan, dia justru tinggal di rumah saat Irjen Ferdy Sambo ke luar rumah, saat tragedi penembakan terjadi. Dia tidak ikut mengawal sang jenderal.
Tentu, banyak sekali alibi untuk opini yang satu ini. Bisa saja dia memang diminta Irjen Sambo untuk tetap di rumah. Bisa juga, sedang berhalangan ikut mendampingi karena sakit atau alasan tertentu lainnya.
Meski berpangkat paling rendah di struktur polri, dia sudah memegang senjata api (senpi) semi otomatis jenis Glock 17. Konon, pistol ini disebut sebagai senjatanya para raja- raja.
Banyak mantan petinggi militer menyebut, senjata ini khusus untuk para jenderal. Meski demikian, seorang tamtama diperbolehkan menggunakannya dalam kondisi tertentu.
Kemudian, ada juga kesaktian Bharada E yang banyak dipuji masyarakat. Terutama akurasinya dalam menembak serta menghindari tembakan.
Bayangkan, lima peluru yang dia tembakkan ke arah Brigadir J, semua tepat sasaran. Sedangkan tujuh peluru yang diarahkan korban kepadanya berhasil dia hindari.
Bayangan saya selama ini, peristiwa “adu tembak” seperti itu hanya ada dalam film action di televisi. Ternyata saat ini terjadi dalam kehidupan nyata.
Kesaktian lainnya, Bharada E berani tampil beda saat disorot kamera. Jika semua para ajudan Irjen Ferdy Sambo menggunakan kemeja putih, dia justru memakai kemeja berwarna hitam.
Lebih saktinya lagi, pengawal dia saat berjalan dari mobil menuju kantor Kompolnas terdiri dari bintara polisi hingga perwira.
Tiga minggu setelah menembak mati Brigadir J, statusnya masih saksi. Belum jadi tersangka apalagi ditahan. Padahal sudah ada korban, ada pengakuan dan ada barang bukti.
Sementara, peristiwa yang melibatkannya itu sudah menumbangkan seorang perwira menengah (Pamen) berpangkat komisari besar (Kombes). Juga dua perwira tinggi (Pati) berpangkat brigadir jenderal (Brigjen) dan inspektur jenderal (Irjen).
Dengan posisi saat ini, bukankah kesaktiannya sebagai tamtama melebihi para jenderal?
Populeritasnya juga sangat tinggi. Hampir setiap hari namanya disebutkan pada stasiun televisi. Hingga mayoritas penduduk Indonesia saat ini mengenalnya.
Bahkan, populeritasnya sudah mengalahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Orang nomor satu di jajaran kepolisian. Tidak percaya? Silahkan buktikan di mesin pencarian google. Mungkin anda akan senyum- senyum sendiri setelahnya. Tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum