Harianmomentum.com--
Kapolda
Papua Irjen (Pol) Boy Rafli Amar mengaku, pihaknya sejak awal telah melakukan
pengamanan secara maksimal, termasuk antisipasi-antisipasi serangan dari
kelompok bersenjata.
Menurut
Boy, ancaman kelompok bersenjata ini menjadi salah satu antisipasi Polda Papua.
Pasalnya, ancaman kelompok bersenjata ini masih selalu menghantui di provinsi
berjuluk Bumi Cenderawasih itu.
"Perlu dipahami ancaman di Papua itu dari kriminal
bersenjata. Itu tugas kami untuk jaga keamanan. Maka kami terus berupaya
bagaimana mengeleminir ancaman (kelompok bersenjata) itu. Jika tidak
diantisipasi secara maksima, kelompok bersenjata ini akan mengganggu pilkada
serentak tahun depan," tegas Boy Rafli saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Boy, Pilkada Papua harus menjadi perhatian serius
semua pihak, tanpa terkecuali para calon yang akan ikut kontestasi. Para
kandidat kepala daerah harus berkomitmen untuk menciptakan pilkada demokratis,
aman dan damai.
"Peran pasangan calon ikut pilkada nanti sangat
menentukan sikap para pendukungnya dalam demokrasi damai. Artinya para calon
punya peran sangat besar karena apa yang dilakukan masyarakat tergantung elite
politiknya," ujar Boy.
Boy menyebutkan, pihaknya terus berupaya untuk menciptakan
kondisi aman dan damai termasuk jelang pelaksanaan pilkada, bahkan hingga pasca
pilkada di Papua.
"Kepolisian Papua secara terus menerus mengupayakan agar
pilkada berjalan demokratis dan damai di tanah Papua. Kami juga memandang perlu
komitmen bersama semua pihak untuk memberikan pendidikan politik kepada seluruh
masyarakat Papua agar dalam demokrasi benar-benar memegang prinsip saling
menghormati pilihan hak warga agar kompetisi berjalan dengan fair dan
damai," jelas mantan Kapolda Banten ini.
Untuk itu, Boy mengaku, perlu menggelar pertemuan dengan
beberapa pihak terutama para elite politik termasuk pasangan calon agar bisa
membangun demokrasi sehat, aman dan damai untuk semua.
"Kepolisian Papua tentunya wajib bertemu dengan para
elite politik di Papua dan pasangan calon untuk meminta komitmen. Itulah
hari-hari kami bicarakan dan dalam suatu momen tentu kita harus minta agar
pilkada berjalan aman dan damai menjadi tanggung jawab kita bersama,"
paparnya.
Boy berharap, pilkada di Papua ini bisa jadi contoh baik bagi
semua daerah. "Saya yakin indeks demokrasi di Papua akan semakin baik,
apabila semua terlibat pilkada bisa berkomitmen dan menjaganya," ujarnya.
Selain itu Boy berharap, Pilkada Papua bisa diselenggarakan
dengan baik, termasuk pihak penyelenggara. "Harapan saya penyelenggara
pemilu harus independen, masyarakat harus dapat menggunakan hak pilihnya
secara demokratis dan kemudian yang terpenting adalah kepada para elit
polkitik harus dapat memberikan pendidikan politik yang baik kepada
masyarakatnya," pungkansya.
Sebelumnya, Menko Polhukam, Wiranto mewanti-wanti,agar calon
kepala daerah berhati-hati mengusung isu di pilkada. Isu pesta demokrasi ini
berpotensi dimanfaatkan kelompok radikal untuk masuk dan memecah belah
masyarakat.
"Hati-hati, jangan (isu pilkada) dimanfaatkan
kelompok-kelompok radikal untuk membangun suatu kebencian, kecurigaan, konflik
satu dengan lain. Ini mereka (kelompok radikal) biasanya kan masuk di
situ," kata Wiranto di acara 6th Action Asia Peacebuilders Forum, di
Jakarta belum lama ini.
Wiranto meminta, kesadaran para calon kepala daerah untuk
meredam isu SARA. Wiranto kerap melihat beragam cara untuk menang di pilkada
yang tidak terkontrol. Misalnya, penyebaran ujaran kebencian, propaganda
politik, dan kampanye hitam. "Tentunya hal itu mengancam kedamaian dan
pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia," ujarnya.
Wiranto tak heran jika situasi politik akan memanas jelang
tahun politik pada Pilkada 2018 dan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Hal ini tidak
bisa dihindari karena para calon akan melakukan berbagai cara untuk bisa
meraih kemenangan.
"Karena ingin menang, kemudian melakukan
langkah-langkah agar mereka lebih populis dari yang lain, agar merekadipilih
rakyat," jelasnya.
Pilkada ataupun Pemilu, lanjut Wiranto, seharusnya menjadi
proses demokrasi yang bertujuan memilih pemimpin masa depan dengan cara baik.
Untuk mengambil keputusan terbaik, masyarakat harusnya
memilih dalam situasi tenang, damai, dan kondusif.
"Saya berharap rakyat leluasa memilih pemimpinnya tanpa
dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, apalagi kelompok yang berusaha memecah
belah masyarakat," tegas mantan Panglima ABRI itu. (rmol)
Editor: Harian Momentum