MOMENTUM, Bandarlampung--Islam telah mengajarkan kita untuk menjunjung tinggi perdamaian. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof Wan Jamaluddin Z MAg yang bertindak selaku khatib usai pelaksanaan ibadah Shalat Idulfitri 1444 H di Lapangan Saburai Enggal, Sabtu (22-4-2023).
“Perdamaian sejatinya sudah tercermin dari kata “Islam” yang berakar kata “salâm”. Salam bermakna keselamatan, perdamaian, kesejahteraan. Bahkan salah satu dari 99 nama indah Allah (asmâul husna) adalah As-Salâm yang berarti (maha pemberi kedamaian/ keselamatan),” ujarnya.
Prof Wan dalam khutbahnya menyampaikan hadist Rasulullah SAW, “Wahai manusia, tebarkanlah perdamaian, berilah makan orang lain, dan shalatlah di saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Hakim).
Perbedaan paham atau kultur, sambungnya, tidak menyebabkan perpecahan dan permusuhan antar sesama.
“Islam tak pernah mengajarkan permusuhan terhadap pihak lain yang berbeda suku, etnis, bahasa, warna kulit, profesi, agama, strata ekonomi, status sosial, karena Allah subhanahu wata‘alâ mengingatkan kita dalam surat Al-Baqarah ayat 193 bahwa tidak ada musuh selain terhadap orang-orang yang berbuat zalim, falâ ‘udwâna illâ ‘aladl-dlâlimîn,” terangnya.
Selain itu, dia juga mengajak untuk berdakwah dengan cara yang baik. “Karena hal baik yang didakwahkan dengan cara tidak baik, tentu tidak akan mendapatkan hasil yang baik,”.
Dalam konteks dakwah di Indonesia, harus menyadari bahwa Indonesia memiliki keragaman suku, budaya, tradisi, bahasa, dan agama. Sehingga menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk mengedepankan dakwah dengan hikmah di tengah kebhinekaan Indonesia yang menjadi takdir dan sunnatullah.
“Toleransi menjadi kunci terciptanya kehidupan yang damai,” tegasnya.
Menurutnya, perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat tidak boleh menjadi pemicu konflik akibat arogansi dan prinsip merasa paling benar sendiri. Perbedaan-perbedaan yang ada, sudah seharusnya menjadi kekuatan untuk bersama membangun kehidupan yang harmonis penuh dengan toleransi serta tidak saling menyakiti dan menyalahkan keyakinan dan kepercayaan orang lain.
Di kesempatan tersebut, Prof Wan berpesan supaya dapat menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-orang yang terputus dengan kita.
Hadir dalam shalat Idulfitri yang dilanjutkan dengan khutbah Idulfitri ini selain kalangan masyarakat Lampung juga Gubernur Lampung, Kakanwil Kementerian Agama Lampung, serta Sekretaris Daerah Lampung. (**)
Editor: Agus Setyawan