MOMENTUM -- Dalam dinamika kehidupan modern yang penuh tekanan, olahraga telah menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik. Ia menjelma sebagai ruang batin, tempat manusia menemukan kebahagiaan, memperkuat jati diri, dan meraih keberkahan hidup. Sayangnya, semangat sportivitas kadang tercemari oleh ego dan ambisi yang berlebihan, hingga melupakan esensi sejatinya: bahwa olahraga bukanlah medan peperangan untuk mencari musuh, melainkan ladang subur untuk menanam persaudaraan.
Sebagai penulis, pengamat, dan akademisi olahraga, saya percaya bahwa olahraga memiliki potensi yang luar biasa untuk mengembangkan karakter yang unggul. Setiap keringat mengandung nilai ketekunan, disiplin, dan ketulusan. Dalam setiap kompetisi, ada kesempatan untuk belajar tentang ketabahan, menerima kekalahan, dan menyambut kemenangan.
Lebih dari itu, olahraga membantu orang berinteraksi satu sama lain. Tidak ada perbedaan status sosial, agama, suku, atau ekonomi di lapangan. Kita berlari, bertanding, dan menghormati satu sama lain dalam semangat fair play.
Kebahagiaan dalam olahraga lahir bukan hanya dari kemenangan, tetapi dari proses. Dari tawa yang tercipta saat latihan, dari semangat saling menyemangati, dan dari rasa puas setelah berjuang sepenuh hati.
Begitu pula keberkahan hidup yang muncul dari tubuh yang sehat, jiwa yang kuat, serta relasi sosial yang positif dan saling menghargai
Olahraga dapat membantu menyatukan orang dalam masyarakat yang kian terpecah oleh konflik identitas dan pandangan. Seringkali, orang menjadi akrab dengan satu sama lain hanya karena mereka bergabung dengan tim sepakbola, klub silat, atau pendukung tim yang sama. Olahraga membentuk persaudaraan, yang seringkali lebih tulus karena bersumber dari pengalaman dan perjuangan bersama.
Pemilihan Ketua Umum KONI bukan hanya rencana organisasi untuk empat tahunan. Lebih dari itu, ia merupakan momen penting dalam menentukan jalan ke depan untuk pembinaan dan prestasi olahraga. Namun, sayangnya, dinamika pemilihan ini kadang-kadang lebih mirip dengan turnamen catur di warung kopi, di mana semua orang terlihat serius, tetapi suasana tetap santai dan penuh tawa jika tidak karena saling bercanda gurau.
Sebagai pengamat olahraga dan akademisi, saya berpendapat bahwa proses pemilihan ini tidak seharusnya dipenuhi dengan ketegangan, dan persaingan. Ia benar-benar dapat menjadi ladang yang baik untuk menumbuhkan persaudaraan, menghasilkan sinergi, dan menyiramnya dengan semangat gotong royong. Semangat saling menghargai dan semangat untuk saling tumbuh dan berkembang untuk kemajuan olahraga itu sendiri.
Diibaratkan seperti cerita tentang minum kopi dan makan pecel setelah bermain voli disamping rumah pak lurah kantin Bude Saina. Ada yang senang dengan kopi pait, adapula yang senang dengan kopi manisnya, sambil berkelakar pecinta kopi pait mengatakan itu minum kopi apa minum kolek, minum kopi itu harus pahit kamu akan merasakan kenikmatan kopinya disaat terasa pahitnya, namun si pencinta kopi manis mengatakan hidup sudah terlallu pahit untuk sekadar menikmati pahitnyaa secangkir kopi, tapi ini bukan sekedar kopi,manis dan pahit.
Pakde Ngatimin si Kapten Voli langsung memotong cerita dan mengatakan jangan diperdebatkan karena itu sebatas selera. Semua tertawa sambil bahagia bersama, itu sebuah cerita dari secangkir kopi disamping rumah pak lurah.
Berbeda dengan makan pecel setelah minum kopi dan bermain voli bersama, semua tertawa bahagia sambil menikmati pecelnya dan saling berubut gorengan tempe dan kerupuk yang hanya sisa satu diatas meja.
Mereka tidak memperdebatkan rasa pecelnya walapun rasa pecelnya Bude Saina memang tidak terlalu enak lebih cendrung kebanyakan garam lebih terasa asinnya ketimbang rasa enaknya, sambil makan bercerita tentang dalam pertandingan tadi masih banyak yang salah pasing dan ternyata masih banyak yang tidak bisa bermain voli, tapi semua merasa gembira karena Kopi dan Pecelnya Bude Saina. Ini membuktikan rivalitas pertandingan adalah hanya sebatas dilapangan Bola Voli saja setelah itu semua merangkul dan berbahagia bersama.
Momentum pemilihan Ketua KONI harusnya menjadi sebuah medan pertandingan yang meciptakan semuanya menjadi bahagia, event ini tidak lain seperti kegiatan multievent yang diselenggarakan empat tahunan, semua orang berbondong-bondong menciptkan suasana bahagia untuk mendukung tim-tim kesayangannya, suporter berteriak sambil mendukung tim kesayanganya, pelatih adu straregi serta pengalaman dan atlet menampilkan penampilan terbaik yang tujuannya satu untuk rasa cintanya kepada tanah kelahiran dan tim yang dibelannya.
Sinergitas semua orang sangat dibutuhkan dalam meciptakan dan memunculkan olahraga Lampung yang berprestasi. Semua orang punya kesempatan untuk mendukung siapa saja tapi hakekaktnya satu untuk Olahraga Lampung yang semakin baik. (**)
Oleh Aditya Gumantan - Dosen Olahraga Universitas Teknokrat Indonesia
Editor: Muhammad Furqon