Antara Naluri dan Popularitas

img
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM, Bandarlampung--Beberapa hari lalu, bakal calon walikota Bandarlampung Eva Dwiana telah mengumumkan sosok pendampingnya ke publik. 

Dia adalah Dedi Amrullah. Mantan birokrasi yang pernah mengabdi sebagai Asisten bidang Pemerintahan di pemkot setempat. Eva mengakui itu merupakan pilihan suaminya. 

Informasi yang sudah lama ditunggu- tunggu publik itu sontak menjadi viral. Beberapa jam setelah mengeluarkan statment kepada wartawan, berita itu langsung menyebar luas.

Setidaknya lebih dari dua puluh media online di Lampung yang menurunkan berita hangat itu. Termasuk www.harianmomentum.com, tempat saya mencari sesuap nasi.

Menariknya, dari puluhan berita yang sudah tersebar itu tidak ada satupun yang memuat keterangan dari Dedi Amrullah. Orang yang seharusnya dimintai klarifikasi oleh wartawan.

Ah, mungkin belum. Siapa tau nanti ada kelanjutan beritanya. Gumamku dalam hati. 

Mirisnya, hingga tulisan ini selesai diketik, belum juga ada pemberitaan yang memuat klarifikasi tersebut. Pikiranku langsung berkecamuk. Rasa dongkol, kesal dan marah kian merasuk jauh ke relung hati. 

Saya kecewa. Dari sekian banyak wartawan yang memberitakan itu tidak satupun yang mencoba konfirmasi langsung ke Dedi Amrullah. Termasuk wartawanku. 

Sebegitu pudarkah naluri jurnalis di Lampung? Apakah harus selalu dipecut seperti kuda, baru mereka sadar akan tanggungjawab moral seorang jurnalis kepada publik? Entahlah. Hingga kini aku belum mampu menjawabnya.  

Mungkin saja, kehadiran Dedi Amrullah di tengah hiruk- pikuk pencalonan walikota di Bandarlampung di luar ekspektasi publik. Namanya tidak pernah diperhitungkan sama sekali sebelumnya. 

Apakah karena kurang populernya Dedi Amrullah membuat para jurnalis tidak tertarik untuk mewawancarainya? Itu saja, tabikpun. (*)








Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos