MOMENTUM, Bandarlampung--Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Provinsi Lampung kian meluas.
Hingga Minggu 29 Maret 2020, setidaknya ada 694 orang berstatus dalam pemantauan (ODP). Sembilan lainnya sebagai Pasien dalam Pengawasan (PDP), Empat positif dan sepuluh dinyatakan negatif.
Meski belum ada korban jiwa, tetapi belum juga ada pasien yang berhasil disembuhkan. Skornya masih imbang. Sama kosong. Ini kondisi di Lampung ya, bukan secara nasional.
Kondisi tersebut merupakan data yang tersaji melalui website; www.dinkes.lampungprov.go.id. Hampir setiap hari saya memantau perkembangan penyebaran virus itu disana.
Belakangan beredar informasi jika pasien 04 positif tertular Covid-19 merupakan seorang dokter. Dia bertugas di salah satu rumah sakit (RS) swasta di Bandarlampung.
Benarkah? Sampai saat ini saya belum mendapat jawaban pasti. Saya telah menghubungi Reihana, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Tapi tidak ada jawaban pasti didapat.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Lampung itu hanya menjawab; Maaf, tidak dapat menjawab lebih lanjut,” begitu katanya melalui Whatsapp ketika saya tanya identitas pasien 04.
Mengapa data pasien tersebut harus dirahasiakan. Gumamku saat membaca balasan chat WA tersebut. Padahal, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperbolehkan data itu dibuka ke publik.
Saya merasa kecewa. Terlebih, jika benar pasien 04 merupakan dokter. Saya langsung berandai- andai. Bagaimana dengan pasien yang selama ini pernah berinteraksi dengannya?
Jika seandainya satu saja pasien yang tertular dengan dokter tersebut, lalu si pasien menularkan kepada keluarganya di rumah.
Kemudian keluarga itu menularkannya kembali kepada khalayak ramai. Betapa banyak orang tertular dan menularkan virus mematikan itu secara tidak sadar.
Belum lagi perawat dan keluarga si dokter yang selama ini sering melakukan kontak fisik. Akhhh, entahlah.
Saya bingung sendiri dengan sikap pemprov Lampung saat ini. Terkesan selalu berusaha menutupi data pasien.
Padahal keterbukaan data medik pasien positif Corona justru akan mempermudah penelusuran jejak kontak atau contact tracing pasien dengan pihak lain.
Jika data itu dibuka ke publik, pemerintah tidak perlu repot- repot menelusuri jejak kontak pasien. Justru orang yang pernah merasa kontak langsung dengan pasien itu akan datang sendiri memeriksakan dirinya ke RS.
Memang, pengumuman itu akan menimbulkan kepanikan. Saya sangat yakin dengan hal itu. Tapi setidaknya potensi penyebaran virus akan mudah ditekan. Akan lebih banyak nyawa bisa diselamatkan.
Sebaliknya, jika data tidak dibuka tentu meminimalisir kepanikan. Tapi akan banyak orang tidak berdosa lainnya yang terpapar virus itu.
Dalam kondisi darurat saat ini. Saya rasa pemerintah hanya punya dua pilihan. Membiarkan masyarakat panik tapi selamat. Atau meminimalisir kepanikan yang berujung semakin banyaknya rakyat yang menjadi korban karena terpapar!
Semoga dugaan saya soal pasien 04 keliru. Itu saja, tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum