MOMENTUM-- Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Lampung kian mengkhawatirkan.
Begitu kalimat yang disampaikan tetanggaku saat membuka obrolan santai menjelang senja, kemarin.
Hingga 31 Maret 2020, jumlah Orang dalam Pemantauan (ODP) hampir tembus diangka seribu. Pasien dalam pengawasan (PDP) sepuluh orang.
Bahkan, delapan orang dinyatakan sudah positif terjangkit. Anehnya, empat diantaranya malah dianjurkan untuk isolasi mandiri di rumah masing- masing. Dia terus mencerocos, tidak memberi kesempatan bagiku untuk bicara.
Ingin rasanya kutinggal pergi masuk ke dalam rumah. Tapi takut dia tersinggung. Aku hanya bisa memandangi raut wajahnya yang terlihat gusar.
Berulang kali dia kembali menghidupkan rokok kretek yang terselip di jari kiri, mungkin terlalu lama tidak dihisap karena keasikan ngobrol.
Sembari mengawasi dua anaknya yang sedang bermain di depan rumahku, dia kembali berceloteh. “Kamu kan kenal dengan Kepala Dinas Kesehatan Lampung. Tolong sampaikan pertanyaan saya. Kenapa empat orang positif Corona itu disuruh isolasi mandiri? Kenapa tidak langsung diisolasi oleh pemerintah di rumah sakit. Layaknya pasien yang lain?” cecarnya.
“Tapi infonya keempat orang positif Corona itu akan segera diisolasi dan dirawat di Rumah Sakit Bandar Negara Husada (RSBNH),” ujarku menimpali.
Iya, kenapa tidak dari awal? Kan aneh. Pemerintah meminta masyarakat untuk menjaga jarak dengan orang lain. Diminta membatasi kegiatan sosial yang melibatkan orang banyak.
Sudah jelas- jelas empat orang itu positif, tapi justru dianjurkan isolasi mandiri. Siapa yang akan mengawasinya? Bagaimana kalau mereka mati? Terus yang memantau perkembangan kondisi kesehatannya siapa? Sampai saat ini, data keempat orang itu juga kita tidak tau. Tidak pasti entah saudara kita, tetangga atau rekan kerja.
Seharusnya data itu dibuka ke publik agar kita bisa lebih waspada dan menjaga jarak dengan yang bersangkutan.
“Ya, nanti akan kusampaikan pertanyaan dan pesannya kepada Kadiskes Lampung,” ujarku, sembari pamit masuk rumah karena azan magrib sudah berkumandang. Itu saja, tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum