MOMENTUM, Bandarlampung-- Pembangunan flyover atau jalan layang yang melintas di atas rel kereta api di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Wayhalim, Bandarlampung, menelan korban pengusaha kecil di sekitar lokasi proyek.
Tempat usaha atau toko mereka yang berada di tepi trotoar memang tidak kena gusur. Namun, sejak pembangunan proyek itu dimulai, penghasilan mereka anjlok, bahkan ada turun sampai 90 persen.
Simatupang (58), warga Jalan Sultan Agung yang sehari-hari membuka bengkel tambal ban, mengaku penghasilannya turun drastis sejak proyek pembangunan jembatan layang itu dikerjakan.
"Bukan kami menolak pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota Bandarlampung. Tetapi seharusnya pemerintah memikirkan dampak pembangunan flyover terhadap usaha kecil seperti kami," tegasnya saat dijumpai harianmomentum.com, Sabtu (20-6-2020).
Sejak sekitar dua pekan pembangunan flyover dikerjakan, dia mengaku, penghasilannya turun drastis, bahkan berkurang sampai 90 persen.
"Sebelum ada flyover dikerjakan, biasanya kami bisa memperoleh sekitar Rp100 ribu per hari. Sekarang cuma sepuluh ribu dari hasil buka bengkel tambal ban dan ganti oli," kata Simatupang.
Hal itu terjadi karena sepanjang ratusan meter di sepanjang lokasi pembangunan itu dibongkar sehingga menyulitkan warga membuka toko, bahkan banyak yang terpaksa tutup.
Dia menyebut ada sekitar 40 tempat usaha yang terdampak pembangunan flyover dan tak bisa buka toko karena material bangunan juga ditumpuk sepanjang trotoar dan halaman rumah warga.
Senada disampaikan Jamalus M Sutan (72), pemilik toko furnitur. Biasanya, omset usahanya mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta perhari. "Sejak pembangunan ini, perhari paling hanya Rp100 ribu, itupun gak tiap hari," terangnya.
Dia berharap pemerintah dapat memberikan konpensasi atas kerugian materil akibat dampak pembangunan tersebut. (*)
Laporan: Rifat Arif.
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum