Warisan Hutang

img
Pemimpin Redaksi Harian Momentum Andi Panjaitan

Oleh: Andi Panjaitan

MOMENTUM-- Pemerintahan di Kota Bandarlampung memasuki babak baru. Tidak lama lagi, pasangan Eva Dwiana—Deddy Amrullah akan dilantik menjadi walikota dan wakil walikota. 

Eva akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan suaminya—Herman HN, yang sudah sepuluh tahun berkuasa.

Dia bakal tercatat dalam sejarah. Sebagai wanita pertama yang menjadi orang nomor satu di Kota Tapis Berseri.

Tugas yang tidak mudah tentunya. Dia harus mampu membawa kota ini jauh lebih baik dari sebelumnya. 

Karena, seorang pemimpin akan dianggap sukses jika bisa membawa perubahan dalam segala aspek. Terutama dalam peningkatan ekonomi rakyatnya.

Dari sisi pengalaman, sepak terjang Eva tentu tidak diragukan lagi. Dia pernah menakhodai Partai Demokrat Bandarlampung. Juga sejumlah organisasi dan majelis taklim.

Terlebih, Herman Hn pasti akan membimbingnya dalam memimpin kota dengan populasi penduduk lebih dari satu juta jiwa ini. 

Pengambilan kebijakan dalam menjalankan roda pemerintahan tentu bukan masalah besar. Kepiawaian Herman selama ini pasti akan ditularkan.

Tapi, ada tantangan berat yang harus segera diselesaikan Eva nantinya. Apa itu? Hutang. 

Defisit anggaran yang kini dialami pemkot, relatif berpengaruh terhadap pembangunan Bandarlampung ke depan. 

Eva berkewajiban melunasi semua warisan hutang yang ditinggalkan suaminya.

Baik itu hutang terhadap rekanan, program bina lingkungan (Biling), jaminan kesehatan kota (Jamkeskot), biaya operasional kesehatan (BOK) Puskesmas, dan lainnya.

Ditambah lagi, tunggakan insentif Ketua RT, Kepala Lingkungan, Babinsa dan Babinkamtibmas. 

Terlebih, tunggakan insentif terhadap seribuan tenaga kontrak (honorer) yang tersebar di sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD). 

Konon, tunggakan insentif itu lebih dari tujuh bulan, terhadap honorer yang bertugas di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Polisi Pamong Praja. 

Jika boleh memberi saran, sebaiknya walikota baru nantinya lebih memprioritaskan tunggakan insentif tersebut. 

Bagaimana pun juga, hasil jerih payah dari cucuran keringat mereka selama bertugas, sangat dinantikan keluarganya di rumah.

Mayoritas mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah yang sangat mengharapkan insentif tersebut.

Sebagai istri sekaligus pemimpin selanjutnya, bunda Eva berkewajiban melunasi warisan hutang tersebut. 

Ada pepatah mengatakan: hutang emas dapat dibayar, hutang gaji dibawa mati. Eh, hutang budi maksudnya. 

Semoga Allah SWT senantiasa memberi kekuatan kepada kita semua dalam bertugas. Tabikpun. (**)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos