MOMENTUM-- Apa yang anda pikirkan, Andi? Itu lah kalimat pertama yang terbaca, ketika membuka laman media sosial (Medsos) Facebook.
Ketika ada momen tertentu, membuat status pasti tidak menjadi persoalan. Tinggal unggah foto ditambah sedikit keterangan. Jadilan status di beranda.
Tapi, ketika tidak ada momen, terkadang kita bingung ingin membuat status apa.
Begitu juga saat menyiapkan tulisan untuk rubrik Nyekhita yang dipersembahkan khusus untuk pembaca setia Harian Momentum.
Sesuai maknanya, nyekhita berasal dari bahasa Lampung yang berarti bercerita. Sehingga penulis bebas memilih tema apa saja. Bisa membahas isu kekinian hingga curhat masalah pribadi.
Intinya, “Nyekhita” disiapkan untuk melatih kemampuan menulis wartawan kami secara konsisten. Meski terkadang, saya sempat bingung ingin menulis apa. Tidak ada inspirasi. Seperti malam ini.
Terlebih, waktu untuk menulis hanya sekitar 15 hingga 30 menit. Karena terbentur deadline. Jika sampai terlambat, maka koran terancam tidak dicetak.
Sehingga, ketika ada ide untuk menulis tentang sesuatu, maka saya tidak pernah menundanya. Materi yang tersimpan dalam otak akan langsung dicurahkan di dalam catatan email.
Kenapa di email? Karena saat materi ketikan tertutup tanpa disengaja, maka materi tulisan tadi otomatis tersimpan.
Misal, saat asyik menulis sesuatu, telepon genggam tiba- tiba berbunyi--menandakan ada panggilan masuk. Nah, ketikan di email akan tetap aman.
Begitu pun saat berada di depan komputer, maka materi akan langsung diketik di word atau notepad. Jangan pernah menunda.
Saya teringat perkataan Bambang Eka Wijaya (BEW), wartawan senior sekaligus penulis kolom aktif di Lampung.
Dia menganalogikan menulis itu layaknya menuang kopi ke dalam gelas. Jadi, sebelum kopi dituangkan, tentu teko harus diisi terlebih dahulu. Jika tidak, jangan harap gelas di atas meja akan terisi kopi.
Dengan kata lain, wartawan tidak akan pernah bisa menulis kolom jika wawasannya tidak ditambah. Maka perbanyaklan membaca agar wawasan berkembang.
Sehingga memori otak tidak akan pernah kehabisan ide untuk dituangkan ke dalam tulisan. Jadi, kata kuncinya adalah wawasan.
Begitu pesan penting BEW yang berhasil kutangkap dalam suatu diskusi, beberapa tahun lalu. Tabik pun. (**)
Editor: Harian Momentum