MOMENTUM, Bandarlampung--Butuh
sinergitas antar lembaga dalam mencapai sebuah kesuksesan. Universitas
Bandarlampung (UBL) menyadari hal tersebut.
Untuk itu, universitas
yang dikomandoi Rektor Prof M Yusuf Sulfarano
Barusman itu menggelar lokakarya bertajuk “Pergeseran Profesi dan
Kompetensi dalam mendukung kemajuan industri media”.
Kegiatan yang digelar
secara daring pada Rabu (16-06-21) tersebut bertujuan untuk merajut sinergitas
antara industri media dengan perguruan tinggi.
Ketua Pelaksana program
Kampus Merdeka Prodi Ilmu Komunikasi UBL Dr Budhi Waskito mengungkapkan,
pandemi membuat semua melakukan transformasi digital.
“Sehingga harus ada
sinergi antara dunia industri media dan perguruan tinggi,” ujarnya.
Dia berharap lokakarya itu
bisa membangun kesadaran atas pentingnya membangun kolaborasi. Terlebih, perguruan
tinggi atau pun industri media memiliki punya peran stratgis masing-masing.
"Dari lokakarya ini
harapannya bisa memberikan kesadaran bagaimana perguruan tinggi dan industri
media bisa bekerja sama," ungkapnya.
Salah satu pemateri dalam
acara tersebut, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Lampung Iskandar Zulkarnain menyampaikan, di tengah pesatnya
persaingan industri media saat ini, sangat dibutuhkan adanya konvergensi .
Karenanya, menurut
Pemimpin Redaksi Lampung Post itu, para pengelola media saat ini harus mampu
beradaptasi terhadap perkembangan zaman. Agar tidak tergilas dan ditinggalkan
pembaca.
"Caranya dengan terus
berinovasi dan menciptakan program siaran yang bermanfaat bagi publik,"
katanya.
Menurut dia, disrupsi
digital membuat industri media harus melakukan banyak perubahan. Mulai proses
produksi, distribusi, serta bisnis.
Media yang sebelumnya
fokus pada satu platform harus mulai mengadopsi beberapa media turunannya di
dalam satu perusahaan.
“Kalau dulu media hanya
fokus pengembangan koran. Sekarang harus mampu membuka peluang lain, seperti
pemberitaan online, video streaming, radio dan lainnya,” jelasnya.
Namun, pengembangan
multi-platform itu bisa terlaksana jika sumberdaya manusia (SDM) di perusahaan
media juga multi-talenta.
Sehingga, dia meminta agar
sarjana ilmu komunikasi UBL mampu memenuhi kebutuhan media konvergensi.
Kompetensi itu perlu dipenuhi demi menjawab tantangan era disrupsi digital.
"Kalau dulu jurnalis
hanya mencari dan menulis informasi dalam bentuk berita yang disebarkan melalui
media koran. Informasi dalam bentuk berita yang dimuat di surat kabar akan
diterima masyarakat keesokan harinya," katanya.
Namun, untuk saat ini
keadaan tersebut telah berubah. Dengan kemajuan zaman digitalisasi menuntut
profesi jurnalis dan perusahaan media harus terus berinovasi.
Termasuk ketika menyajikan
informasi bagi para mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi.
Karena bahan ajar saat ini
tidak lagi hanya bersumber dari buku, namun juga pengalaman langsung sehingga
membentuk kemampuan mahasiswa saat lulus.
Kegiatan tersebut diikuti
sejumlah pemimpin media dan para wartawan yang sedang menempuh pendidikan di
program studi Komunikasi dan Unit Program MBKM UBL.
Hadir juga dalam lokakarya
Dekan FISIP UBL Dr Ida Farida dan Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UBL Prof Khomsahrial
Romli.(**)
Laporan: Sulemy Wahyu
Editor: Agung Chandra Widi
Editor: Harian Momentum