MOMENTUM-- Kita semua pasti pernah merasakan sakit. Apapun itu. Entah sakit kepala, sakit gigi, luka atau sakit perut. pasti pernah mengalami.
Biasanya kalau kita sakit minum obat. Apakah itu obat dari dokter atau beli di apotek.
Ada yang ketika sakit kepala minum obatnya okasbon. Ada juga yang minum obat lainnya. Bagi yang demam minumnya paraskemol untuk nurunin suhu tubuh. Ya kan? Hehe
Nah, gimana kalau obat yang biasa kita minum waktu sakit itu sudah tidak ampuh lagi? Apakah tetap diminum atau cari obat lain yang lebih mujarab?
Kalau saya pasti cari obat yang lain, yang lebih ampuh. Kalau kalian gimana? Umumnya sih pasti cari obat lain atau ke dokter supaya cepat sembuh.
Tapi ya ada juga sih yang tidak minum obat. Tunggu sudah parah dulu baru sadar, langsung gupek cari obat sana-sini. Pergi ke dokter dan macam- macamlah.
Kondisi inilah yang sedang terjadi di Indonesia sekarang. Bisa dibilang negeri ini sedang sakit. Lagi menderita karena sakit akibat dilanda covid-19 dari Maret 2020.
Waktu awal-awal wabah covid-19 melanda tanah air, pemerintah masih terlihat cuek-cuek bebek.
Ketika semakin parah, baru sibuk cari solusi. Bikin kebijakan ini. Buat aturan itu. Tidak boleh begini. Jangan begitu. Banyaklah pokoknya.
Sampai akhirnya sekarang dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang awalnya darurat jadi level 4.
Diyakini PPKM bakal terus berlanjut selama pandemi masih ada. Artinya, ini sudah jadi obat yang dianggap pemerintah berhasil dalam menekan penyebaran kasus.
Ya bisa dibilang PPKM ini obat yang cukup mujarab. Buktinya Jakarta sekarang sudah bisa zona hijau.
Tetapi harus dicatat, PPKM bisa sukses karena vaksinasinya cukup tinggi. Lah kalau di Lampung? Padahal sudah jelas angka kematian di Lampung tertinggi tapi alokasi vaksinnya sedikit.
Kalau mau diberlakukan cara yang sama, semua juga harus diberi perlakuan yang merata dong. Kalau di Jakarta PPKM dan vaksinnya digenjot begitu juga di Lampung dan daerah lainnya.
Itu saja sih, harapan saya. Sebagai masyarakat Lampung yang sudah jengah dengan keadaan ini. (**)
Editor: Harian Momentum