MOMENTUM, Bandarlampung--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mendorong petani menggunakan benih padi hibrida.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Lampung Kusnardi, benih hibrida cukup potensial dalam mendongkrak produksi.
"Hasil produksinya bisa dua kali lipat kalau untuk benih padi hibrida. Bagus juga ditanam di lahan kering," kata Kusnardi, Senin (27-9-2021).
Dia menyebutkan, dengan menggunakan benih padi hibrida, dalam satu hektare bisa menghasilkan 12 ton.
"Kalau untuk benih biasa itu hanya sekitar enam ton saja. Jadi potensinya memang cukup tinggi," terangnya.
Dia mengatakan, hampir semua daerah saat ini telah menggunakan benih padi hibrida. Namun untuk lahan kering baru di Kabupaten Lampung Timur.
"Sekarang sudah hampir daerah yang menggunakan, tapi belum merata. Kalau bisa ya beralih, seperti jagung kan ada yang hibrida juga," tuturnya.
Meski demikian, dia mengakui, harga benih padi hibrida lebih mahal dibandingkan yang biasa.
"Memang harga benihnya memang lebih mahal. Bisa sampai enam kali lipat. Tapi panennya maksimal," sebutnya.
Dia merinci, untuk benih padi biasa harganya hanya berkisar Rp15 ribu hingga Rp20 ribu perkilogram.
Sedangkan untuk benih padi hibrida bisa mencapai Rp80 ribu hingga Rp100 ribu perkilogramnya.
"Selain itu, perawatannya sama saja dengan yang biasa. Pupuk yang diberikan juga harus full, sistem panennya juga sama," jelasnya.
Karena itu, dia mengatakan, Pemprov berencana memasukkan benih padi hibrida ke dalam Kartu Petani Berjaya (KPB). Sehingga harganya bisa lebih rendah dan tak memberatkan petani.
"Ya rencananya akan kami masukkan dalam KPB. Tapi tidak ada subsidi, hanya harganya kita buat lebih murah. Karena dipotong margin pasar, jadi dari distributor langsung ke petani," tutupnya.
Diketahui, produksi padi Lampung untuk periode Januari hingga Agustus 2020 mencapai 1.655.131 ton.
Pada 2021 diprediksi akan ada peningkatan produksi sebesar 31.711 ton dengan jumlah produksi padi di prediksi pada tahun ini sebesar 1.686.842 ton. (**)
Laporan/Editor: Agung DW
Editor: Harian Momentum