Perusak Profesi

img
Glenn KS, penulis wartawan Harian Momentum.

MOMENTUM-- Akhirnya saya tau, mengapa banyak orang di luar sana enggan berhadapan dengan oknum wartawan.

Kenapa saya sebut oknum? Karena tidak semuanya berperilaku sama. Hanya segelintir saja. Toh, masih banyak wartawan yang bisa dijadikan panutan. 

Tentu banyak sekali faktor yang menyebabkan orang enek ketika berhadapan dengan para oknum itu. Diantaranya: tidak punya tata krama, sok pintar dan angkuh.

Selam bertugas meliput arus mudik dan arus balik lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah, di Pelabuhan Bakauheni, saya banyak mendapat pelajaran penting.

Salah satunya, berhadapan dengan oknum wartawan congkak. Terkesan merendahkan orang lain karena merasa dirinya lebih hebat.

Saya terus berpikir selama belasan hari berada di ujung Pulau Sumatera itu. Mungkin karena perilaku oknum seperti itulah, banyak narasumber yang alergi dengan profesi kami.

Awalnya saya mencoba bersabar. Tapi hati kecil saya berontak. Tidak terima dengan cara oknum itu. Terutama sikapnya yang selalu merasa hebat.  

Bayangkan, saat berdialog di hadapan narasumber di Bakauheni, dengan bangganya oknum tersebut menyebut nominal THR yang dia dapat dari narasumber lainnya. 

Semua orang butuh uang. Termasuk saya. Saya pun tidak munafik akan hal itu. Tapi tidak begitu juga caranya.

Bagaimana orang mau menghargai profesi kita, kalau kita saja tidak pernah menghargainya. Saya membuat tulisan ini, bukan berarti saya lebih baik. Tentu tidak.

Sebagai wartawan baru, tentu saya sangat menghargai para senior di lapangan. Juga harus banyak belajar. Tapi seharusnya anda memberi contoh yang baik kepada junior. Bukan sebaliknya.

Lucu saja, ketika anda mengaku wartawan senior, hebat, dan serba lebih dari saya. Tapi faktanya anda masih bertugas turun ke lapangan.

Artinya, level anda sama saja dengan saya. Masih turun ke lapangan. Kalau anda hebat, bukankah sudah diberi jabatan ’’penting’’ di kantor anda. 

Jadikan momentum liputan lebaran kemarin pembelajaran bagi kita semua. Termasuk saya pribadi. Ingat! di atas langit masih ada langit. Tabikpun. (**)






Editor: Agus Setyawan





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos