Mahasiswa UIN RIL Diajak Kelola Emosi dan Kesehatan Mental dengan Bijak

img
Zein Permana, ahli kesehatan mental dan dosen Universitas Achmad Yani saat memberikan materi di kampus UIN RIL.

MOMENTUM, Bandar Lampung--Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) menghadirkan Zein Permana, seorang ahli kesehatan mental dan dosen Universitas Achmad Yani, sebagai narasumber utama.

Kang Zein, sapaan akrabnya, yang juga dikenal sebagai peneliti dan Idea Synthesizer, memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya kesadaran akan kesehatan mental, khususnya bagi pemuda. Acara ini sekaligus menjadi momentum peluncuran Kampus Sehat Jiwa, yang berlangsung di Ballroom UIN RIL, Kamis (10/10/2024).

Di hadapan sekitar 350 lebih peserta yang terdiri dari mahasiswa, tenaga kependidikan, dosen, dan masyarakat umum, Zein mengajak hadirin untuk lebih memahami diri sendiri dan mengelola emosi secara bijak. 

Dalam sesi terapinya, Zein mengajak peserta untuk saling mencurahkan isi hati sebagai cara menenangkan diri. Ia menekankan pentingnya tidak membandingkan diri dengan orang lain. 

"Jangan bandingkan diri dengan orang lain, tapi bandingkan dengan diri kita yang kemarin," pesan Zein, mengingatkan peserta untuk fokus pada pengembangan diri tanpa tekanan sosial yang berlebihan. 

Ia memaparkan keutuhan diri melalui kesehatan mental. Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Zein adalah cara memaknai emosi, terutama kesedihan. Menurutnya, kesedihan bukanlah tanda kelemahan atau kegagalan, melainkan sinyal dari Tuhan yang mengajarkan kita untuk berikhtiar dan menemukan solusi terbaik.

Zein juga memaparkan data terkini terkait kesehatan mental di Indonesia. Menurutnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sekitar 6,1% penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental, yang meliputi depresi, kecemasan, gangguan suasana hati, dan gangguan psikotik. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2024 juga menunjukkan prevalensi depresi mencapai 3,7% dari populasi, atau sekitar 9 juta orang. Gangguan kecemasan juga mengalami peningkatan dengan prevalensi sekitar 16%, naik signifikan dari tahun sebelumnya.

Kesehatan mental remaja menjadi perhatian khusus, dengan sekitar 19% remaja di Indonesia dilaporkan memiliki ide bunuh diri dan 45% di antaranya pernah melakukan tindakan menyakiti diri sendiri. Faktor risiko seperti perundungan, tekanan akademis, dan hubungan sosial yang buruk turut memperburuk situasi ini.

Selain itu, Zein menekankan bahwa keseimbangan emosi sangat penting untuk mencapai wellness yang sesungguhnya. "Sadari, kenali, dan kendalikan emosi kita. Inilah kunci wellness, bukan hanya soal well-being," tambahnya.

Lebih lanjut, Zein membahas pentingnya memahami konsep wellness dan well-being secara mendalam. Menurutnya, kesehatan mental tidak hanya soal kesedihan atau kebahagiaan, melainkan bagaimana seseorang mampu mengenali, mengendalikan, dan memahami sinyal emosi yang muncul. Ia menekankan bahwa datang ke konselor bukan berarti sakit jiwa, melainkan bentuk ikhtiar untuk memahami sinyal-sinyal emosi yang diberikan oleh Tuhan.

“Takut itu selalu terkait dengan masa depan, sebuah sinyal dari Allah agar kita bersiap menghadapi apa yang akan terjadi. Begitu pula dengan emosi lainnya seperti marah, jijik, atau kebahagiaan, semuanya harus disadari, dikenali dan dikendalikan dengan baik,” jelas Zein.

Zein juga mengajak peserta untuk terus berusaha mencapai sesuatu dan memberikan dampak positif kepada orang lain. "Lakukan sesuatu terlebih dahulu, dan dari situ kepercayaan diri akan tumbuh. Do it first, and then be confident,” pungkasnya.(**)






Editor: Agus Setyawan





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos