Harianmomentum--Iklim investasi di Provinsi Lampung semakin membaik.
Berdasarkan data hasil Sensus Ekonomi (SE) Tahun 2016 yang dilakukan Badan
Pusat Statisk (BPS) setempat, terjadi peningkatan jumlah perusahaan di
provinsi paling selatan Pulau Sumatera itu.
Tahun 2016 jumlah
perusahaan di Provinsi Lampung mencapai 783.286 atau meningkat 15,75 persen
dibanding hasil SE Tahun 2006 yang hanya 632.620 perusahaan.
Berdasarkan data
tersebut, menempatkan Provinsi Lampung pada peringkat kedua jumlah perusahaan
terbanyak di Sumatera setelah Provinsi Sumatera Utara yang mengalami
tingkat pertumbuhan jumlah perusahaan sebesar 23,7%. Proporsi terkecil
ditempati Provinsi Bangka Belitung dengan total persentase jumlah peningkatan
perusahaan 2,56%.
“Jumlah perusahaan di
Lampung merupakan yang terbanyak ke dua di Sumatera setelah Provinsi Sumatera
Utara,“ kata Kepala BPS Lampung Yeane Irmaningrum S, saat
sosialisasi hasil pendaftaran (listing) usaha/perusahaan Sensus Ekonomi 2016, Selasa
(24/5).
Kegiatan yang
berlangsung di Ballroom Hotel Novotel, Bandarlampung itu mengusung tema
Menakar Besaran dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Lampung.
Yeane memaparkan,
berdasarkan hasil SE 2016, jumlah 783.286 perusahaan di Lampung itu
dikelompokkan dalam 15 kategori lapangan usaha. Hal itu merujuk
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015.
Berdasarkan
pengelompokan 15 kategori lapangan usaha, maka jumlah perusahaan di
Lampung meningkat 25,6% dibandingkan hasil SE 2006 yang hanya 632,2 ribu usaha.
Bila dibedakan menurut
skala usaha, sebanyak 775.607 usaha atau 99,2% berskala usaha mikro dan kecil.
Kemudian, sebanyak 7.679 atau 0,98% berskala usaha menengah besar.
"Ini berarti
pertumbuhan usaha khususnya UMK sangat signifikan dalam menggerakkan
perekonomian Lampung," kata Yeane Irmaningrum.
Sedangkan berdasarkan
jenis lapangan usaha, perusahaan di Lampung didominasi perdagangan besar dan
eceran. Lalu, reparasi/perawatan mobil dan sepeda motor sebanyak 450.062 usaha
atau 57,46% dari total perusahaan. Sejalan dengan itu, jumlah tenaga kerja pun
didominasi pekerja perdagangan dan reparasi yang mencapai 707.331 tenaga kerja
atau 42,72% dari total tenaga kerja di Lampung.
Berdasarkan data
tersebut, sektor UMK menyerap tenaga kerja nonpertanian mencapai 1,43
juta orang (86,39%). Kategori perdagangan besar/eceran, reparasi/perawatan
mobil dan sepeda motor tercatat menyerap tenaga kerja paling banyak mencapai
664,81 ribu orang atau delapan kali lipat dari tenaga kerja usaha menengah
besar.
Selain itu industri
pengolahan, penyediaan akomodasi, penyediaan makan minum, dan pendidikan
merupakan usaha yang menyerap tenaga kerja tertinggi di Lampung.
Sedangkan pada
kategori perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, dan penyediaan
akomodasi serta penyediaan makanan minuman, tercatat menjadi tempat pencaharian
hampir 70% dari 1,66 juta pencari kerja di Lampung.
"Penguatan
perekonomian Lampung tidak terlepas dari menguatnya aktivitas perekonomian.
Usaha konstruksi, transportasi, pergudangan, informasi, komunikasi, dan jasa
perusahaan adalah kategori usaha yang memperkuat pertumbuhan ekonomi Lampung.
Sektor penyumbang kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Lampung adalah
industri pengolahan sebesar 18,83 persen,” papar Yeane.
Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Lampung Intizam mewakili
Gubernur M.Ridho Ficardo mengatakan hasil SE2016 dapat mengakselerasi
pembangunan ekonomi Lampung. "Hasil yang diperoleh berdampak baik dan
menjadi nilai jual perekonomian Lampung," kata Intizam.
Menurut dia,
pertumbuhan signifikan itu sejalan dengan naiknya daya saing Lampung ke
posisi 14 nasional dari sebelumnya di posisi 26. Hasil SE 2016, bagi Provinsi
Lampung, bakal jadi modal menarik minat pengusaha berinvestasi di Lampung. (Rls)
Editor: Harian Momentum