Harianmomentum.com--Pembangunan rel kereta api Rejosari-Tarahan yang direncanakan dibangun pada awal 2019 dipastikan belum bisa terwujud karena terkendala keterbatasan anggaran.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Qudrotul Ikhwan mengatakan, telah melengkapi dokumen perencanaan seperti analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), serta kajian pengadaan lahan. Sehingga ketika mandapatkan alokasi anggaran maka tidak ada lagi hambatan.
"Tahun ini belum ada anggarannya, kalau anggaran dari provinsi tidak kuat untuk membangun proyek itu. Maka perlu anggaran dari pemerintah pusat," ujar Qudrotul saat dihubungi, Minggu (27-1-19).
Sementara opsi lain agar pembangunan tersebut tetap berjalan, dia mengaku sudah berkoordinasi pada pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk melibatkan swasta dalam hal pembiayaan, meski ini membutuhkan proses panjang.
"Hanya itu kendala kita. Sekarang ini pada sistem e-planning ketika kita mau membeli sesuatu rangkaian perencanannya banyak, kita semua dokumen perencanan sudah lengkap tapi tinggal anggarannya," kata dia.
Sebelumnya Gubernur Lampung dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkertaapian (Ditjen) sepakat mulai Tahun Anggaran 2018, pembangunan jalur kereta api Rejosari-Tarahan menjadi prioritas. Dengan demikian, seluruh kereta api (KA) industri seperti KA Babaranjang, tidak masuk kota Bandarlampung.
Dengan terbangunnya rel kereta api sepanjang 37 km tersebut, KA Babaranjang tidak lagi lewat di Stasiun Gedungratu, Labuhanratu, Tanjungkarang, Garuntang, dan Pidada.
Jalur KA dalam kota sepenuhnya menjadi angkutan penumpang dengan konsep KA commuter jalan layang (elevated) antara Garuntang dan Natar sepanjang 8,8 km. (ira).
Editor: Harian Momentum