MOMENTUM, Bandarlampung--Kepiawaian Yuhadi menakhodai partai politik patut diapresiasi.
Dalam catatan sejarah DPD II Partai Golkar Bandarlampung, Yuhadi menjadi satu- satunya ketua yang berhasil menjabat selama dua periode.
Dia berhasil menuntaskan satu periode kepemimpinannya sebelum terpilih kembali secara aklamasi dalam musyawarah daerah (Musda) X Partai Golkar Bandarlampung, Rabu (15-7-2020).
Biasanya, belum habis satu periode kepengurusan partai golkar di Bandarlampung pasti ada saja kemelut terjadi.
Hal itu dibenarkan Sekretaris DPD I Partai Golkar Provinsi Lampung, Ismet Roni. Menurut dia, capaian kinerja Yuhadi selama memimpin Golkar di Bandarlampung bisa dibilang sukses.
“Hampir lima tahun dia memimpin pada periode pertama hampir tidak ada gejolak. Struktur kepengurusan partai bisa berjalan dengan solid,” kata Ismet kepada harianmomentum, Rabu (15-7-2020).
Kinerja dalam pemenangan partai juga berjalan baik. Terbukti, dalam pemilihan legislatif (Pileg) tahun 2019 lalu, partai Golkar berhasil menambah perolehan kursi legislatif di Kota Bandarlampung.
“Sebelumnya hanya lima kursi, kini bisa bertambah menjadi enam. Meski tidak signifikan, paling tidak hasil kerjanya sudah terlihat,” jelas Ismet.
Kendati demikian, Ismet mengingatkan Yuhadi agar tidak jemawa dalam kepemimpinannya dalam periode kedua.
“Artinya, pencapaian hasil kerja untuk membesarkan partai pada periode kedua ini harus lebih baik dari sebelumnya. Ini tantangan berat yang harus dia selesaikan,” pungkas Ismet.
Hal senada disampaikan Ali Wardana, Sekretaris DPD II Partai Golkar Bandarlampung. Menurut dia, selama kepemimpinan Yuhadi, tidak pernah terjadi gejolak besar.
“Kalaupun ada riak- riak kecil. Itu menjadi lumrah dalam satu organisasi besar, seperti Golkar. Semua struktur organisasi partai juga difungsikan dengan baik,” katanya.
Sementara Yuhadi mengaku berterima kasih atas amanah seluruh kader partai Golkar yang diberikan kepadanya untuk kembali memimpin.
“Terima kasih atas kepercayaan seluruh kader dan pengurus partai yang kembali memberi saya amanah,” katanya.
Dia juga merasa beruntung. Selama memimpin partai, tidak ada gejolak terjadi di tingkat pusat. Sehingga tidak berimbas ke daerah seperti beberapa tahun sebelumnya.
Diketahui, dimulai era kepemimpinan Eddy Sutrisno, selalu terjadi pertikaian besar di tubuh partai Golkar Bandarlampung.
Bahkan, di tahun 2010 Eddy Sutrisno dipecat dari partai Golkar karena dicalonkan partai lain saat akan maju dalam pemilihan walikota (Pilwakot) periode 2010-2015.
Setelah itu, posisi ketua DPD II Partai Golkar Bandarlampung dipegang oleh Heru Sambodo, putra sulung M Alzier Dianis Thabrani—Ketua DPD Partai Golkar Lampung saat itu.
Tak lama menduduki posisi itu, Heru Sambodo juga terpental. Posisinya digantikan oleh Tony Eka Candra. Saat itu terjadi dualisme kepengurusan partai di tubuh partai Golkar di tingkat pusat. Hingga berimbas ke daerah.
Selanjutnya, pada Februari 2016 posisi Toni Eka Candra digantikan oleh Yuhadi. Dia terpilih secara aklamasi setelah mendapat dukungan penuh dari 32 pemegang hak suara dalam Musda DPD Partai Golkar Bandarlampung saat itu. (**)
Laporan: Agung Chandra Widi
Editor: Andi Panjaitan
Editor: Harian Momentum