MOMENTUM--Masih hangat pemberitaan pencopotan Kepala SMPN 16 Bandarlampung Purwadi.
Hanya gara- gara kebetulan dia menerima handuk dan kaos dari salah satu calon walikota saat jalan sehat. Walikota Bandarlampung langsung mencopot jabatannya.
Saat ditanya, Herman mengatakan jika kepala sekolah itu melanggar aturan. Anehnya dia tak memberikan penjelasan yang konkrit terkait aturan apa yang dilanggar.
"Melanggar aturan, ya, aturan, saya yang tahu," begitu katanya saat diwawancarai harianmomentum.com.
Aneh kan? Ya memang begitulah. Sikapnya sama sekali tidak mencerminkan pemimpin bijak. Terlalu sentimen dalam berpolitik.
Seharusnya, lebih bijak menyikapi persoalan. Coba diklarifikasi dulu. Apakah benar telah mengadakan perkumpulan? Bukan tiba-tiba langsung dicopot.
Jangan hanya karena memegang kekuasaan, langsung semena-mena mengambil keputusan. Kita hidup di negara hukum. Negara demokrasi.
Seorang koruptor saja harus melalui proses persidangan, baru diputuskan dia bersalah atau tidak. Itu koruptor.
Lah ini, tanpa alasan yang jelas langsung dicopot. Pagi terima handuk, sore dicopot.
Memang benar bapak adalah walikotanya. Bapak yang menentukan siapa yang mau dipakai dan tidak.
Saya hanya mengingatkan, bapak itu kepala daerah. Harus bijak. Bukan semena-mena hanya karena berkuasa. Jangan sampai dicap sebagai penguasa tirani.
Kalau jadi penguasa tirani, ya hanya ada satu. Lawan! Begitu kata mahasiswa yang demo UU Cipta Kerja kemarin.
Mudah-mudahan bapak bisa lebih bijak lagi dalam menyelesaikan masalah. (**)
Oleh: Agung DW
Editor: Harian Momentum