Bayi Meyzar Butuh Uluran Tangan Dermawan

img
Muhammad Syadzili Meyzar Ibrahim. Foto: IST

MOMENTUM, Bandarlampung-- Nasib malang dialami Muhammad Syadzili Meyzar Ibrahim. Bayi berusia delapan bulan itu didiagnosa mengidap penyakit atresia bilier atau penyempitan empedu.

Aliran cairan empedunya tersumbat dan menumpuk di dalam hati. Sehingga menyebabkan kerusakan hati permanen atau sirosis.

Atas dasar itulah anak dari Yulizar Fadli itu harus segera menjalani transplantasi atau pencangkokan hati.

Yulizar menceritakan kronologi terkait dengan penyakit anaknya tersebut. Pada usia satu bulan, Syadzili tidak terlihat memiliki kelainan atau penyakit.

"Namun saat memasuki usia tiga bulan, mata Dzili -- sapaannya, terlihat kekuning-kuningan," kata Yulizar Fadli saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (14-12).

Kemudian, saat buang air besar, feses atau kotorannya berwarna kuning pucat. "Tetapi, saat itu covid-19 baru saja merebak. Sehingga kami belum berani membawa Dzili ke rumah sakit," sebutnya.

Atas dorongan keluarga, akhirnya Dzili dibawa ke Rumah Sakit Handayani, Kotabumi Lampung Utara guna dilakukan pemeriksaan medis dengan cara pengecekan sampel darah.

"Dari hasil cek darah itu, Hemoglobin (HB) Dzili rendah. Kemudian bilirubinnya tinggi. Namun penyakit yang diderita tak kunjung juga diketahui," terangnya.

Dzili pun dirujuk ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) dan dirawat selama 14 hari. "Selama dirawat 14 hari, Dzili tidak ada diagnosa terkait penyakit tersebut," ujarnya.

Menurut dia, hal itu dipicu rumah sakit milik pemerintah provinsi itu belum memiliki dokter spesialis gastro hepato anak.

"Dari hasil USG (ultrasonography) tidak ada gejala penyempitan empedu. Justru Dzili dikatakan Hepatitis," ungkapnya.

Karena itu, orang tua Dzili meminta rujukan ke Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta pada hari ke 15.

"Setelah diperiksa dokter spesialis di RSCM, Dzili didiagnosa mengidap penyakit penyempitan empedu," terangnya.

Menurut dia, jika ingin sembuh, hatinya harus segera ditransplantasi. "Saya yang akan menjadi pendonornya karena golongan darah kami sama," sebutnya.

Dia menjelaskan, transplantasi itu dijadwalkan akan dilakukan pada Maret mendatang. "Untuk penanganan transplantasi, Dzili mendapat urutan ke lima. Sedangkan urutan pertama akan ditransplantasi pada Januari mendatang," paparnya.

Meski demikian, dia mengaku tidak memiliki biaya yang cukup untuk transplantasi tersebut.

Untuk menunjang biaya transpalantasi, dibutuhkan sekitar Rp200 juta yang akan digunakan sebagai pemeriksaan screening pendonor atau pemeriksaan kesehatan, obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS serta susu khusus.

Sedangkan untuk biaya transplantasi hati dibutuhkan sekitar Rp800 juta hingga Rp1 miliar. Bagi dermawan dapat membantu meringankan beban biaya melalui penggalangan dana di laman Kitabisa.com. 

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandarlampung Edwin Rusli mengatakan, jika bantuan dari pemerintah daerah maka melalui dinas sosial (dinsos). "Hubungi kesana (dinsos, red), meminta bantuan. Lalu bisa melapor kepada pak wali (walikota, red) untuk meminta bantuan. Dinkes tidak bisa ngapa-ngapain," kata Edwin saat dikonfirmasi.

Terpisah, Kepala Dinsos Bandarlampung Tole Dailami mengatakan, telah mengetahui hal itu melalui grup WhatsApp. Saya juga tau informasi dari grup keluarga. Kita juga sudah membantu share (membagikan informasi, red) melalui grup whatsapp," kata Tole.

Meski demikian, dia menyebutkan dinsos setempat tidak memiliki anggaran berupa bantuan tersebut. "Kita tidak ada dana seperti itu. Tapi biasanya ngajuin itu ke pak wali langsung, kalau tidak ada biasanya menggunakan dana pribadi beliau. Biasanya pak wali kalau gitu pakai uang dia, banyak yang udah dibantu seperti itu," terangnya. (**)

Laporan: Vino Anggi Wijaya

Editor: Agung Darma WIjaya






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos