MOMENTUM, Bandarlampung--Produksi udang di Dipasena Tulangbawang mengalami penurunan sejak beberapa tahun terakhir.
Penurunan jumlah produksi tersebut dikarenakan adanya pendangkalan irigasi tambak di Dipasena.
Hal itu dikeluhkan Ketua Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung Suratman usai audiensi dengan Gubernur Arinal Djunaidi di Mahan Agung, Senin (7-8-2023).
Suratman menjelaskan, sebelum adanya pendangkalan, produksi udang di Dipasena mencapai 60 hingga 100 ton perhari.
"Tapi sekarang hanya 15 ton perhari. Ini sangat memprihatinkan, normalnya kita bisa 60 ton sampai 90 ton, bahkan 100 ton perharinya," kata Suratman.
Menurut dia, penurunan jumlah produksi itu juga berpengaruh pada ekspor udang. Sehingga, pendapatan petambak pun turun.
"Harga untuk satu kilogramnya Rp60 ribu. Kalikan saja berapa potensi yang hilang," keluhnya.
Dia mengungkapkan, penurunan jumlah produksi itu dikarenakan pendangkalan irigasi itu yang sudah terjadi sejak 10 tahun lalu.
Pendangkalan itu mengakibatkan amoniak tinggi dan bakteri-bakteri terus berkembang.
"Tapi yang paling parah itu terjadi dalam dua tahun terakhir. Sejak tahun 2021 sampai sekarang," jelasnya.
Meski demikian, dia mengatakan, tambak seluas 1.490 hektare yang dikelola 20 ribuan petambak itu tidak bisa dilakukan pendalaman.
Dia menjelaskan, hal itu dikarenakan belum ada kejelasan terkait dengan aset Dipasena.
"Kita berharap BPN ini dapat masuk ke Dipasena. Luas aset yang kita bicarakan ini terkait saluran irigasi ada sekitar 1.490 hektar," ungkapnya.
Suratman menjelaskan, bahwa ada sekitar 20 ribu petambang di Dipasena. Saat ini tambak-tambak tersebut dikelolah langsung oleh masyarakat.
"Karena belum jelas status aset irigasi ini jadi terhalang saat akan mengeksekusinya. Padahal desainnya sudah disiapkan," sebutnya.
Karena itu, dia berharap, melalui audiensi dengan Gubernur Arinal Djunaidi dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Lampung bisa mendapatkan kejelasan terkait status aset tersebut.
"Sehingga produksi dapat dilakukan secara optimal kalau aset itu jelas," harapnya. (**)
Editor: Agung Darma Wijaya