Harianmomentum.com-- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang
akan berlangsung serentak pada tahun 2018 rentan dipolitisasi dengan isu-isu
agama yang berpotensi mengancam kerukunan beragama.
Hal itu disampaikan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan
Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin usai beraudiensi dengan
Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Ignatius Suharyo di Jakarta,
kemarin.
"Ada politik bersifat sektarian maka kerukunan sejati
itu sulit terwujud," kata Din seperti dikutip Antara, kemarin.
Din menyatakan, tahun politik memang berpotensi mengancam
kerukunan antar umat beragama. Faktor politik, kata dia, merupakan faktor
non-agama yang sering memicu rusaknya kerukunan beragama di tengah
masyarakat, selain faktor ekonomi dan kesenjangan sosial.
Untuk itu, Din mengajak umat beragama agar saling memperkuat
kesadaran kolektif Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bersatu meski
memiliki latar belakang berbeda.
"Bayangan saya dan kita semua kerukunan itu bisa semakin
terganggu dan berat seiring tahun politik. Maka kita harus segera tarik umat
kita masing-masing kepada kesadaran kolektif bahwa kita beda agama, suku, ada
perbedaan di antara kita tapi banyak persamaan di antara kita," kata dia.
Bekas Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu
mengajak masyarakat terus mengedepankan persamaan sesama anak bangsa, bukan mempertajam
perbedaan apabila nantinya sudah memasuki pesta demokrasi dalam pemilihan umum.
"Maka persamaan-persamaan itu kita kembangkan,
perbedaaan kita halangi," katanya.
Din menekankan, perbedaan yang ada di masyarakat terutama
dari aspek agama seharusnya menjadi pendukung demokratisasi di tengah
masyarakat. Akan tetapi, demokratisasi itu bisa terwujud jika proses Pilkada
sebagai ajang pesta demokrasi tersebut berjalan secara obyektif dan adil.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informasi
(Kemenkominfo) akan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk
mengawasi Pilkada 2018. Koordinasi ini untuk menekan angka ujaran kebencian
atau hate speechterhadap pasangan
calon kepala daerah.
"Kita harus mengantisipasi hate speech di Pilkada 2018. Saya berkoordinasi, komunikasi pada
pihak-pihak penyelenggara pemilu, KPUlah. Bukan KPU-nya, tapi lebih kepada
Bawaslu, untuk mengurangi (tindak hates peech)," kata Menkominfo
Rudiantara di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Rudi, ujaran kebencian secara kuantitas menurun saat
ini. Tepatnya sejak momen Pilkada 2017 berakhir. "Kalau saya lihat,
setelah pilkada di beberapa tempat kemarin, konten ujaran kebencian secara
kuantitas menurun," ujarnya. (rmol)
Editor: Harian Momentum