MOMENTUM--Kemarin, saya sempat pulang ke Kabupaten Lampung Timur (Lamtim). Sepanjang perjalanan dari Bandarlampung, hampir semua masjid yang saya lewati terlihat tutup.
Ya, pembatasan ibadah bagi umat muslim itu guna mengikuti anjuran pemerintah, menekan penyebaran corona virus disease 2019 (covid-19).
Sudah beberapa minggu salat Jumat ditiadakan. Pun begitu salat wajib dan sunah lainnya. Toh kalaupun maih ada yang beribadah, hanya warga sekitar masjid saja.
Itu pun tetap mengedepankan protokol kesehatan—mencuci tangan sebelum masuk, memakai masker, dan tetap menjaga jarak.
Sempat terlintas dalam benak saya, betapa taatnya pengurus masjid mematuhi aturan pemerintah.
Tidak hanya di Lampung, mungkin semua masjid se-Indonesia juga melakukan hal serupa-- mengantisipasi dan meminimalisir penyebaran covid-19.
Di balik itu semua, justru banyak mal (pusat perbelanjaan) dan pasar-pasar tradisional yang masih buka tanpa memperhatikan anjuran pemerintah.
Misalnya saja di Bandarlampung. Masih banyak pedagang dan pembeli yang tidak memperhatikan anjuran pemerintah. Seperti menjaga jarak dan enggan menggunakan masker.
Alhasil, penutupan masjid pun terkesan sia-sia. Percuma masjid tutup kalau pasar dan mal masih ramai. Mirisnya lagi, tidak memperhatikan protokol kesehatan.
Harusnya pemerintah setempat bisa menerapkan aturan tegas kepada mal dan pasar tradisional yang masih mengabaikannya.
Bisa juga pemerintah menempatkan personel Polisi Pamong Praja (Pol PP) untuk berjaga di setiap mal dan pasar-pasar. Sehingga, pengelola mal serta pedagang dan pembeli di pasar lebih mudah terawasi.
Bagi yang masih mengabaikan protokol kesehatan, disuruh pulang ke rumah. Jadi penutupan masjid tidak sia-sia.
Bukan saya membandingkan atau apalah itu. Tapi coba contohlah masjid yang sudah menaati anjuran dari pemerintah untuk meniadakan salat berjemaah.
Masyarakat juga harusnya patuh dengan anjuran yang sudah dibuat pemerintah. Jangan hanya mementingkan kepentingan pribadi.
Ingatlah, kalau kita kena tidak hanya menyusahkan diri sendiri. Tapi seluruh keluarga kita akan susah. Kalau memang tidak terpaksa dan mendesak, lebih baik jangan ke luar.
Kalau harus ke luar, ya patuhilah anjurannya. Begitu saja sih. Ini hanya pendapat, jangan dimasukkan ke hati lho. Mau diterapkan syukur. Tidak juga ya, kelewatan. Hehe (*)
Oleh: Agung DW
Editor: Harian Momentum