Harianmomentum--Reputasi
Provinsi Lampung sebagai daerah surplus cabai harus dipertahankan dengan
mengendalikan hama. Salah satunya, dengan pelatihan aplikasi agen hayati
Corynebacterium untuk menekan perkembangan penyakit antraknosa.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi
Lampung, Edi Yanto, petani harus menguasai aplikasi ini agar panen maksimal.
Salah
satu sentra yang jadi fokus perhatian, kata Edi, yakni Kabupaten
Tanggamus. Para petani cabai di Desa Dadapan Kecamatan Sumberrejo
Kabupaten Tanggamus mendapat bantuan agen hayati sekaligus bimbingan cara
mengaplikasikannya pada Senin (7/8/) di lahan pertanaman cabai milik Kelompok
Tani Jaya Mulya I.
"Petani
diajarkan cara membuat perangkap likat kuning yang bermanfaat sebagai perangkap
bagi hama thrips dan kutu kebul," kata Edi Yanto, di Bandarlampung, Kamis
(10/8).
Untuk
kesehatan tanaman, kata Edi, diberikan Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR). Petani juga dianjurkan untuk menanam tanaman refugia di sekitar
pertanaman cabai, yang akan menjadi tempat hidup bagi serangga musuh alami.
Sejak 2014, Lampung dikenal sebagai produsen cabai merah dan cabai rawit terbesar di Sumatera. Produksinya bahkan surplus dan menyuplai kebutuhan di Sumatera dan Jawa. Produksi cabai merah pada 2014 tercatat 32.260 ton, sempat turun menjadi 31.272 ton pada 2015, namun naik lagi menjadi 34.821 ton pada 2016.
Untuk
cabai rawit, produksi di 2014 mencapai 15.001 ton. Akibat pengaruh cuaca sempat
turun ke 14.727 di 2014, dan kembali naik ke 15.823 ton pada 2016. Di 2017,
Lampung mengembangkan 710 ha lahan cabai di seluruh kabupaten/kota. (rls)
Editor: Harian Momentum