MOMENTUM, Bandarlampung--Menakar Demokrasi dalam Pandemi. Begitulah judul buku yang ditulis Wendy Melfa, pengasuh ruang demokrasi (RuDem).
Buku dengan 171 halaman itu diresmikan (lounching) di Lamban Gunung, jalan Agus Salim, nomor 23, Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, Selasa (13-10-2020).
Peresmian buku yang dirilis suami dari Ririn Kuswantari (Wakil Ketua II DPRD Lampung) itu dibarengi dengan launching warung kopi (Warkop) Waw, Lamban Gunung.
Acara turut dihadiri para tokoh ternama di provinsi setempat. Mulai dari Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, calon Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona, Ike Edwin (tokoh adat), Noverisman Subing (anggota DPRD Lampung), dan Komisaris PTPN XI Dedi Mawardi.
Selain itu, para akademisi pun turut hadir: Firmansyah Alfian (Rektor IBI Darmajaya), Andi Surya (Rektor Umitra), Edi Rifai (ahli hukum), insan pers, serta para tamu undangan lainnya.
Beberapa penyelenggara pemilihan umum juga tampak hadir: Komisioner KPU Lampung M Tio Aliansyah dan Komisioner Bawaslu Lampung Iskardo P Panggar.
“Acara ini sebagai wadah diskusi dan ngobrol-ngobrol. Maka hari ini kami hadirkan (tamu undangan, red) sesuai dengan bidangnya. Harapannya sebagai tokoh kita bisa jadi tauladan bagi lingkungan kita,” kata Wendy, membuka acara.
Lounching buku di Lamban Gunung
Wendy Melfa menuturkan, buku itu dituliskannya sejak Juli hingga September 2020.
Dalam bukunya, Wendy menuangkan pemikiran-pemikirannya, tatkala melihat fenomena langka yang terjadi saat ini.
Dua peristiwa besar, yang baru pertama kali terjadi: Pilkada 2020, bersamaan dengan Pandemi Covid-19.
"Sebelum dua peristiwa besar ini terlewatkan, izinkan saya mencatatkan peristiwa bersejarah ini,” ujarnya.
Mantan Bupati Lampung Selatan itu menuturkan, ketika pandemi, aktivitas manusia diinstal ulang, disesuaikan, termasuk juga agenda politik.
“Tahun ini saya alami Salat Id (Idul Fitri) di rumah. Barang kali kita mencoba jadi imamnya, dan jadi khotibnya," tuturnya.
Sebab memang, sambung dia, saat pademi semua sektor kehidupan disesuaikan. Kegiatan demokrasi, Pilkada tahun 2020 pun disesuaikan dengan kultur yang ada di dalamnya.
Sehingga sempat menghadirkan dua pilihan yang sulit. Satu sisi pilkada ditunda, di sisi lain pilkada dilanjutkan.
“Ada 60 negara yang terpaksa menunda kegiatan demokrasi di negaranya. Sampai pandemi menunjukan angka-angka menjinakkan," jelasnya.
Namun ada pula negara yang tetap mampu menyelenggarakan proses demokrasi dengan baik, meski di tengah pandemi. "Meski punya legitimasi mengalami penurunan partisipasi pemilih, tapi ini satu konsekuensi,” sambung dia.
Berikut blurb (tulisan di belakang buku) berjudul Menakar Demokrasi dalam Pandemi. Karya Wendy Melfa.
Pilkada serentak tahun 2020 akan menjadi wajah demokrasi lokal yang sangat penting dalam sejarah pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia karena dilaksanakan pada saat Covid-19 dideklarasikan sebagai pandemi.
Meski tahapannya sempat tertunda, melaiui Perpu 2/2020 yang selanjutnya menjadi UU 6/2020 tahapannya dilanjutkan. Tetapi terdapat beberapa perubahan dan atau penambahan regulasi untuk mengikuti ketentuan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19, salam. (**)
Laporan/Editor: Agung Chandra W
Editor: Harian Momentum