MOMENTUM, Metro--"Enggak dikasih kok marah." Pernahkan dengar kalimat itu waktu kita kecil dulu. Bahkan, mungkin kita pernah jadi pelakunya.
Biasanya, kata-kata itu terucap saat orang lain meminta sesuatu kepada kita. Seperti jajanan atau mainan, tapi tidak kita beri. Pernah dong ngalamin hal itu.
Resikonya..? sudah pasti kita dijauhin. Tidak diajak bermain, bahkan di musuhin. Teman lainya juga dihasut, supaya tidak mau berteman dengan kita.
Namanya juga waktu kecil dulu, kita masih kanak-kanak. Hal semacam itu lumrah dan biasa terjadi. Besoknya, ya temenan lagi.
Nah, menariknya,ulah kekanak-kanakan itu juga biasa terjadi di dunia birokrasi. Bahkan mungkin sudah menjadi kelaziman. Dalam lingkup intern mereka atau pun dari luar.
Ironisnya, mereka yang "tidak diberi" sesuatu yang dimau, ada yang berbalik arah menjadi pasukan orang-orang sakit hati. Perilaku yang tadinya pro, berubah jadi kontra. Gara-gara angan-angan mendapat apa yang dia minta, pupus.
Mulai nih, melempar isu di jagat maya. Ada yang terang-terangan, ada pula yang menggunakan akun bodong untuk melancarkan aksinya.
Ada bahan sedikit, hajar. Jadi kompor biar suasana makin gerah. Koar-koar biar semua orang membenci. Dasar, Pasukan sakit hati..!
Seharusnya, jika ingin mengkritik. Tuangkan di wadah yang tepat. Pilih momentum yang pas, baru sampaikan kritikan kalian, berikan saran, ide dan solusinya.
Jangan karena tidak "diberi" apa yang diminta, jadi pembenci. Tebar kritik membabi buta. Jadi pasukan sakit hati, ih jangan sampai deh. Malu lah sama generasi muda yang menyuarakan aspirasinya lewat inovasi dan prestasi.
Semoga saja, dengan tulisan ini kita semua sadar. Betapa bahagianya jika jalan bersama untuk kebaikan bersama, tak peduli "diberi" atau tidak. Kalau belum sadar juga, itu namanya kurang ajar.
Pesan saya, kalau minta sesuatu itu yang masuk akal, ngukur badan. Mintanya juga pake etika, dengan bahasa santun.
Nah, yang dipinta juga jangan pelit-pelit, karena Orang Pelit itu kuburannya sempit. Dah gitu aja. Tabikpun...(**)
Editor: Munizar