MOMENTUM, Bandarlampung--Debat publik kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Lampung digelar di Hotel Novotel, Bandarlampung, Sabtu (2-11-2024) malam.
Paslon 1 Arinal Djunaidi dan Sutono serta Paslon 2 Rahmat Mirzani Djausal dan Jihan Nurlela diharapkan beradu gagasan terkait tema Hukum, Pemerintahan, Sosial, dan Budaya.
Panelis dalam debat kali ini terdiri dari, Guru Besar Administrasi Negara Universitas Lampung, Prof Yuliato, Guru Besar UIN Raden Intan Lampung, Prof Iriana Fane, Guru Besar Ilmu Hukum Unila Prof Rudy, Akademisi Institut Teknologi Sumatera (Itera) Dr. Asnaini dan akademisi Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung (UBL) Dr Zulfi Diane Zaini.
Kemudian, tim perumus kali ini adalah Kepala UPT Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Unila Usep Syaipudin, Dosen Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Itera IB Ilham Malik, Kajur Pengembangan Masyarakat Islam FDIK UIN RIL Mansur Hidayat, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP Unila Roby Cahyadi Kurniawan, dan Direktur LBH Bandar Lampung Sumaindra Jawardi.
Moderator dalam debat kali ini menghadirkan Iqbal Himawan dan Naila Husna.
Pada sambutannya, Ketua KPU Lampung Erwan Bustami mengatakan debat kedua ini bertema Hukum, Pemerintahan, Sosial, dan Budaya.
Pihaknya berharap kedua Paslon dapat menyampaikan visi misi dan program kerjanya sehingga 6.515.869 pemilih di Lampung dapat tergerak hatinya untuk memilih pemimpin yang akan memimpin Lampung kedepan.
"Kami berharap Pilkada di Lampung dapat berjalan dengan lancar, aman, damai dan kondusif," kata Erwan.
Sementara, momen yang diharapkan sebagai ajang adu gagasan yang dikemas dalam beberapa segmen ini kembali belum mencapai esensi debat tersebut.
Pasalnya, kedua paslon hanya asyik mengungkapkan gagasan masing-masing. Tidak ada satu pun statemen paslon yang ditanggapi dengan serius oleh paslon lainnya.
Bahkan, pada segmen saling menanggapi jawaban. Semua calon pemimpin sepakat dengan jawaban yang diutarakan.
Sepertihalnya pada sesi tanya jawab pertama, Cagub Arinal bertanya kepadan Cagub Mirza terkait percepatan reformasi birokrasi pemerintahan.
"Lampung saat ini telah sedang sedang melakukan proses percepatan reformasi birokrasi pemerintahan, dan selama lima tahun sudah berjalan. Nilainya sudah baik di dalam RPP sih ada delapan poin, yang pertama pengetahuan, pengawasan, akuntabilitas kelembagaan, tata kelola, tata laksana SDM, aparatur, regulasi dan pelayanan. Pertanyaannya saudara nomor urut dua bagaimana langkah-langkah konkrit saudara untuk meningkatkan delapan poin reformasi birokrasi pemerintahan tersebut?," tanya Arinal.
Kemudian, Mirza menjawab dengan pemaparannya. "Reformasi birokrasi dilakukan karena banyaknya yang menyebabkan pemerintah tidak bisa bekerja maksimal, tidak bisa cepat dan keputusan-keputusan yang dilakukan seringkali terlambat dan ini sangat tidak memuaskan masyarakat maka tata kelola harus dibuat pemerintah. Sekali lagi, Pak Prabowo kemarin bicara pemerintah harus transparan, cepat dan terjangkau dan itulah fokus dalam melakukan reformasi birokrasi," jawab Mirza.
Terlebih, lanjut Mirza, kita harus melakukan digitalisasi terhadap jalur birokrasi yang sudah ada sekarang.
"Kita tidak ingin pelayanan publik menjadi terhambat karena birokrasilah yang membuat kebijakan publik ini inklusif dan berkeadilan. Kita juga harus melibatkan partisipasi publik dalam melakukan reformasi kita libatkan. Kita ingin semua punya kesempatan yang sama dan kita akan mengajak kolaborasi dengan stakeholder yang lain dalam relasi birokrasi kita," jelas Mirza.
Setelah itu, moderator pun memberikan kesempatan Arinal Djunaidi untuk menanggapi jawaban dari Mirza. Namun Arinal enggan menanggapinya.
"Biarkan pendengar yang menilai, kemudian pengamat dan peserta pertanyaan saya sesuai atau tidak? Kalau saya kasih tau kan menjadi perdebatan. Jadi kalo Anda (moderator) menerima usulan saya, saya tidak akan memberikan tanggapan silakan para peserta yang mendengar terima kasih. Sudah cukup, saya sudah bilang saya tidak bisa memberikan pernyataan komentar. Silakan, jadi jangan dipancing-pancing saya curiga," kata Arinal.
Tak hanya itu, momen saling sepakat juga terus berlanjut pada segmen-segmen selanjutnya. (**)
Editor: Agung Darma Wijaya