Harianmomentum--Bupati
Waykanan Raden Adipati Surya dalam waktu dekat akan berupaya memediasi
musyawarah untuk menyelesaikan polemik kepemilikan lahan Balai Kampung
Mesirili, Kecamatan Bahuga.
Hal tersebut disampaikan bupati di sela
pengundian hadiah umroh gratis untuk wartawan di kabupaten setempat, Rabu
(13/9).
“Dalam wakut dekat saya akan coba panggil
aparatur kampung, camat dan pihak yang mengklai kepemilikan lahan balai kampung
itu (Agus Putra Budi), untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Adipati.
Meski begitu, jika memang nantinya tidak
ditemukan jalan keluar melalui musyawarah, bupati siap merekomendasikan
penyelesaian masalah tersebut ke ranah hukum.
“Kita berharap persolaan ini bisa diselesaikan
secara baik-baik. Terlebih itu menyangkut kepentingan masyarakat,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, renovasi Balai Kampung Mesirilir, Kecamatan Bahuga, Kabupaten
Waykanan, tertunda. Penyebabnya, salah satu warga setempat Agus Putra Budi
mengklaim lahan lokasi pembangunan balai kampung itu, milik keluarganya.
Kepala Kampung (Kakam) Mesirilir Indarsyah
membernarkan hal tersebut. Menurut dia, saat ini kelanjutan proses rehab balai
kampung tersebut terkatung-katung.
"Belum bisa kita lanjutkan. Malahan sekarang bangunan balai kampung itu
tidak beratap. Tadinya atap sudah kita bongkar dan akan diganti yang baru. Tapi
ada klaim dari saudara Agus Putra bahwa tanah itu milik keluarganya,“ kata
Indarsyah, Kamis (7/9).
Menurut dia, masalah tersebut sudah dilaporkan ke Polres Wyakanan dan kecamatan
setempat. “Polres kasih saran untuk minta rekomendasi
dari kecamatan dan kabupaten,” terangnya.
Dia melanjutkan, pihak Kecamatan Bahuga sudah memberikan surat rekomendasi
penghentian sementara pembangunan Balai Kampung Mesirilir.
“Suratnya Nomor: 100/9/BHG-WK/VII/2017 Tentang Pemberhentian Sementara
Pembangunan Balai kampung MesiriIlir yang ditandatangani Camat Bahuga Bismi
Janadi, tertanggal 14 Agustus 2017,” ungkapnya.
Indra menuturkan, Balai Kampung Mesirilir berdiri sejak tahun 1994 saat
kepala kampung dijabat almarhum Sudirman Ibrahim. Kemudian tahun 2000 dilakukan
rehab di masa kepemimpinan kepala kampungnya M. Sidik.
"Tahun 2008, dilakukan pemasangan sumur bor di balai kampung
tersebut untuk memenhi kebutuhan air bersih warga di sekitar balai kampung,”
tuturnya.(vit)
Editor: Harian Momentum