Semoga

img
Agung Sutrisno

MOMENTUM, Krui--Sehari menjelang Idul Fitri, Sabtu 25 Mei 2020, keputusan penting diambil Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat. Pemkab memastikan menutup seluruh akses kunjungan wisata dari luar daerah.

Bukan hanya akses, seluruh obyek wisata di kabupaten itu pun, ikut ditutup. Keputusan tegas itu semata untuk mencegah penularan covid-19. Maklum, kabupaten termuda di Provinsi Lampung itu memang kesohor dengan potensi wisatanya.

Setiap musim liburan. Apa lagi lebaran, obyek wisata di Pesisir Barat, selalu dipadati pengunjung. Bukan hanya dari kabupaten lain di Lampung. Wisatawan dari sejumlah provinsi lain pun, tak mau ketinggalan. Berlibur ke kabupaten yang punya panjang garis pantai lebih kurang 210 kilometer itu seolah menjadi kebanggaan tersendiri.

Tak apa lah, tahun ini tak ada kemeriahan suasana libur lebaran di kabupatenku. Terpenting covid, tidak datang. 

O ya, hampir lupa kasih tambahan informasi. Hingga sehari menjelang lebaran, hanya ada tiga kabupaten di Lampung yang belum ditemukan kasus postif covid-19. Pesisir Barat, salah satunya. Dua lainya: Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Mesuji.

Keputusan pemkab, menutup seluruh akses dan obyek wisata itu, semakin membuatku optimistis, tidak akan ada kasus positif covid-19 di Pesisir Barat. Walau pun tetap ada rasa khawatir. 

Hari pertama Idul Fitri tiba. Kami semua bahagia. Walau pun, tetap harus disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sayang kebahagian suasana Idul Firti itu, hanya berlangsung beberapa jam. Semua tiba-tiba berubah. Berganti rasa sedih, khawatir dan juga takut.

Kabar mengejutkan datang. Satu warga Pesisir Barat dinyatakan positf covid-19. Mendengar kabar itu, aku hanya dapat berdoa. Semoga ini yang pertama dan terakhir.

Esoknya, kabar lebih mengejutkan justru kembali kudapat. Dua lagi warga dinyatakan postif covid-19. Tiga orang dalam dua hari dinyatakan positif. Sungguh kondisi yang teramat sangat mengkhawatirkan.

Aku masih mencoba untuk tenang. Berusaha meyakinkan diri, langkah pencegahan penularan yang dilakukan pemkab selama ini masih cukup efektif. Apa lagi, kalau masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Cukuplah tiga kasus itu saja. 

Ternyata usahaku meyakinkan diri dengan berbagai asumsi tersebut, tak cukup membunuh rasa khawatir di hati. Terutama rasa penasaran dengan kondisi aktifitas warga. Khususnya di sejumlah obyek wisata.

Hari ketiga Idul Fitri, kuputuskan pergi menuju sejumlah obyek wisata. Sepeda motor matic kupacu dengan kecepatan sedang. Setelah lebih kurang 15 menit, aku tiba di obyek wisata yang terdekat. Pantai Labuhan Jukung namanya.

Biasanya, obyek wisata yang terkenal dengan hamparan pasir putih dan fenomena golden sunset itu, memang paling banyak dikunjungi wisatawan. Maklum lokasinya berada di kawasan Kota Krui--ibukota kabupaten. 

Beberapa saat sebelum tiba di Labuhan Jukung, aku masih berusaha meyakinkan diri. "Mudah-mudahan sepi. Ah pasti sepi, kan sudah ditutup. Apa lagi, sudah ada tiga kasus positif," kataku dalam hati. 

Benar saja, dari jauh kulihat portal melintang di gerbang masuk Pantai Labuhan Jukung. "Alhamdulillah, benar-benar sudah ditutup," gumamku.

Bak disambar petir rasanya. Spontan kutarik handle rem di stang kiri dan kanan sepeda motor, secara bersamaan.

Kulihat di sepanjang tepi pantai, puluhan orang. Mungkin juga sampai seratusan. Sulit menghitungnya. Faktanya cukup ramai, untuk ukuran situasi pandemi saat ini. Walau pun didominasi anak muda, tak sedikit juga yang datang bersama keluarga. 

Mereka terlihat santai bercengkerama menikmati suasana pantai. Tak ada jaga jarak. Mereka juga banyak tak mengenakan masker. 

Ironisnya, tak terlihat petugas yang memberikan imbaun terkait penerapan protokol kesehatan. Apa lagi, meminta  mereka kembali ke rumah.

Kecewa, sedih, kesal dan bingung, campur baur di dada dan benakku. Kenapa mereka tetap nekat menerabas aturan protokol kesehatan. Apa mereka tidak tahu, bahaya mengancam? Atau mungkin mereka memang tidak mau tahu?

Lalu ke mana para petugas? Mengapa mereka membiarkan orang-orang itu berkumpul di pantai? Apakah cukup hanya menutup protal gerbang masuk pantai? Kemudian merasa yakin masyarakat tidak akan datang, tanpa perlu diawasi. Apa lagi diimbau kembali ke rumah. Ironi memang.

Melihat kondisi itu, aku hanya bisa berharap. Semoga warga lebih sadar, pentingnya mematuhi aturan dan selalu  menerapkan protokol kesehatan.

Semoga petugas lebih tegas menerapkan aturan. Semoga tidak ada lagi penambahan positif covid-19 di kabupatenku tercinta. Semoga pandemi ini cepat berlalu. (**)

(Agung Sutrisno wartawan Harian Momentum)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos