MOMENTUM, Bandarlampung--Berita berjudul "Pilwakot Diprediksi Tanpa Eva" ternyata cukup menyita perhatian publik, di Lampung.
Di sosial media, berita utama Harian Momentum (edisi-599) itu hangat diperbincangkan. Banyak yang menghujat, tidak sedikit pula yang mendukung.
Ada yang salah dengan berita itu? Tentu tidak. Sesuai judulnya, hanya prediksi. Sekali lagi Prediksi. Bisa benar, bisa juga tidak.
Tapi yang jelas, prediksi itu tidak mengemuka begitu saja. Ada proses yang dilalui. Mulai mengumpulkan data, hasil analisa yang kemudian diperkuat dengan keterangan sejumlah tokoh politik di Lampung. Soal kebenarannya? kita tunggu saja nanti.
Layaknya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang meramalkan cuaca di suatu tempat. Bisa saja ramalan itu meleset. Bisa juga benar terjadi.
Cuaca Kota Bandarlampung yang diperkirakan cerah pada esok hari, bisa saja mendadak berubah hujan. Tergantung siklus alam. Namanya perkiraan.
Pun begitu dengan insan pencinta sepak bola. Sebelum pertandingan, ada yang menjagokan klub A bakal menang.
Di kubu sebelah, pendukung klub B juga pasti berpendapat demikian. Saling klaim kemenangan lumrah terjadi meski pertandingan belum dimulai.
Hasilnya? Tentu baru bisa dipastikan setelah permainan olah bola 2 x 45 menit berakhir di lapangan.
Semua orang punya keyakinan tersendiri dalam menentukan sesuatu. Tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Begitupun dengan kami (Harian Momentum).
Saat pemilihan gubernur (Pilgub) Lampung tahun 2018 lalu, misalnya. Saat itu, kami satu- satunya media lokal yang berani memprediksi bahwa provinsi ini akan punya gubernur baru.
Kami menempatkan pasangan Arinal Djunaidi—Chusnunia sebagai kandidat terkuat untuk terpilih. Diposisi kedua, kami menjagokan Herman HN—Sutono.
Berita berjudul “Lampung akan Memiliki Gubernur Baru” itu termuat di edisi-239, yang diterbitkan dua hari menjelang hari pencoblosan. Tepatnya 25 Juni 2018.
Beberapa hari kemudian prediksi kami benar- benar menjadi kenyataan. Arinal terpilih menjadi gubernur dan hingga kini masih menjabat.
Anehnya, berita kami kemudian digugat oleh salah satu pendukung calon gubernur yang kalah. Alasannya, pemberitaan kami dinilai menggiring opini publik.
Tidak masalah. Kami punya hak memprediksi, mereka juga berhak untuk menggugat. Meski akhirnya, gugatan yang dilayangkan ke Dewan Pers itu tidak terbukti.
Kembali ke soal berita "Pilwakot Diprediksi Tanpa Eva". Kami hanya memprediksi. Jika salah, itu sudah menjadi resiko.
Yang jelas, tidak satupun hukum yang dilanggar dalam memprediksi. Kecuali ajakan judi yang dilontarkan seorang pendukung Eva. Itu tentu bertentangan dengan Pasal 27 ayat 2 UU nomor 19 tahun 2016.
Jadi, mohon maaf. Prediksi kami hanya untuk memotivasi calon walikota di Bandarlampung, agar berlomba- lomba mendapatkan perahu partai. Bukan untuk dijadikan sarana perjudian, bung. Itu saja. Tabikpun. (**)
Editor: Harian Momentum