MOMENTUM, Bandarlampung--Canggung. Begitulah perasaanku saat pertama kali disorot kamera.
Untaian kata yang sudah dipersiapkan dalam otak, mendadak hilang.
Lidah yang awalnya lancar berucap menjadi kelu ketika sang kameramen berucap “action”.
Belum lagi detak jantung yang seakan- akan mau melompat keluar. Ya, ternyata menjadi presenter dadakan itu tidak mudah. Harus banyak belajar.
Maklum, acara talkshow bersama Yuhadi, Ketua Komisi III DPRD Bandarlampung itu tidak pernah terjadwal sebelumnya.
Ceritanya, usai menerima kunjungan Wakil Walikota Bandarlampung M Yusuf Kohar di kantor, saya terlibat diskusi kecil dengan jajaran redaksi.
Kami membahas rencana program video streaming untuk kanal youtube harian momentum tv. Kebetulan, saat itu kru (kameramen) turut hadir dengan membawa sejumlah perlengkapan.
Tidak lama kemudian, datanglah Yuhadi. Beberapa menit asik dalam perbincangan, Bang Supriyadi Alfian (Pemimpin Umum Harian Momentum) memberi tantangan.
Dia meminta saya menjadi pembawa acara dadakan. Kameramen pun langsung menyiapkan alat. Awalnya saya diberi arahan oleh kru. Nanti begini, begitu dan seterusnya. “Gampang. Kalau cuma begitu pasti bisa,” gumamku.
Eh, ternyata setelah mulai otak langsung blank. Ibarat telepon genggam yang mendadak kehilangan signal. Meski akhirnya diskusi santai yang dibagi menjadi tiga sesi itu selesai juga.
Banyak kekurangan? Itu sudah pasti. Tapi tak mengapa. Saya anggap itu sebagai pembelajaran. Seperti kata pepatah, alah bisa karena biasa.
Ketika tekun belajar dan terus mencoba, saya yakin hasilnya akan lebih baik.
Yang jelas, banyak ilmu yang didapat saat menjadi presenter dadakan itu. Ternyata, berbicara di depan kamera itu tidak semudah merangkai kata- kata ketika menulis berita. Tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum