Pantaskah Santri Melawan Kiai?

img
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM-- Siapa yang tak kenal Alzier. Tokoh fenomenal satu ini sudah banyak malang- melintang dalam dunia politik Lampung.

Piawai dalam meramu jurus- jurus politik, membuat dia mampu bertahan memimpin partai golkar selama beberapa periode. 

Hingga tak heran, banyak tokoh di Lampung saat ini merupakan anak didiknya. Ibarat pondok pesantren, M Alzier Dianis Thabranie adalan kiai sedangkan muridnya adalah santri.

Mungkin hal itulah yang membuat Alzier sampai keceplosan menyebut Ketua PWI Lampung bodoh, tolol dan combro, beberapa hari lalu.

Dalam acara yang disiarkan melalui media sosial (medsos) Fajar Sumatera Tv (FSTV), dia sempat mengkritik habis kinerja Supriyadi Alfian dalam memimpin organisasi pers tertua di Indonesia itu.

Mulai dari urusan independensi, gagal menyejahterakan anggota hingga tak mampu mewujudkan perumahan PWI.

Perkataan kurang beretika dari seorang Alzier di depan publik, bermula saat FSTV mengundangnya sebagai narasumber dalam suatu diskusi.

Dalam tema “Menyoal Kekerasan Verbal Pejabat di Lampung” itu FSTV juga mengundang tiga narasumber lainnya. 

Adolf Ayatullah Indrajaya mewakili Ketua PWI Lampung. Kemudian Tenaga Ahli Walikota Rakhmat Husein DC dan Ketua AJI Bandarlampung Hendry Sihaloho.

Sayang, dalam diskusi berdurasi 1 jam 16 menit tersebut, Alzier terkesan lebih banyak menyinggung pribadi Supriyadi ketimbang kekerasan verbal pejabat.

Sontak, sejumlah pengurus PWI Lampung langsung meradang. Tak terima jika ketuanya divonis bersalah di hadapan publik. Terlebih, kapasitas Alzier dalam diskusi saat itu adalah tokoh politik. Bukan penggiat apalagi pengamat pers.

Sehingga pernyataan sang kiai dinilai sudah melenceng jauh dari konteks persoalan.

Meski demikian, Supriyadi menyatakan tetap menghormati pernyataan Alzier. Di hadapan sejumlah pengurus PWI, dia menyatakan legowo dan tak ingin memperpanjang persoalan ’’combrok’’ itu.

Sayang, desakan dari sejumlah pengurus dan Ketua PWI Kabupaten/ Kota sudah terlalu kencang. Sehingga Supriyadi tak sanggup membendung “amarah” tersebut.

Alhasil, belasan ketua perwakilan PWI 14 kabupaten/ kota se Lampung sepakat menyomasi Alzier. Mereka menuntut sang kiai mencabut pernyataannya dan meminta maaf. Jika tidak, para santri akan membawa persoalan itu ke ranah hukum. 

Supriyadi adalah santri Alzier. Sedangkan mayoritas ketua PWI perwakilan merupakan santri Supriyadi. Pertanyaannya, pantaskah santri melawan kiai? Tabikpun. (**)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos